3 Kelas Atau Golongan Para Pemuja Surya

Daftar isi :
    DEPELIAR - Di dalam Bhavisya Purana diceritakan tiga kelas atau golongan pemuja Surya. Mereka yakni para Maga yang memuja Surya, para Maga yang memuja Surya dan para Bhojaka yang memuja Surya. Lalu siapakah para Maga yang dimaksut? Dijalaskan bahwa suku kata "ma" yang melambangkan Dewa Surya. Orang yang bermeditasi pada suku kata "wa" disebut para Maga. Seorang Maga yakni pemuja tuhan Matahari (Surya).

    Surya yakni tuhan tertinggi dari para Maga. Mereka memasak makanan hanya untuk Surya dan akan memakannya jikalau telah memperlihatkan persembahan pada Surya. Mereka tinggal di Sakadvupa yang terletak jauh dari Jambudvipq, di hulu samudra luas (Lavana Samudra). Sakadvipa dikelilingi oleh samudra luas lainnya yang dikenal berjulukan Ksiroda Samudra.

    Diceritakan bahwa Krsna menikah dengan Jambavati dan mereka mempunyai seorang putra yang berjulukan Samba. Sebagai hasil dari kutukan yang ditimpahkan padanya oleh ayahnya, Samba menderita lepra. (Tentang dongeng ini diceritakan dalam Samba Purana). Samba diberitahukan bahwa ia akan sembuh dari lepra yang dideritanya jikalau ia memuja Dewa Matahari. Maka ia kemudian mendirikan sebuah kuil untuk memuja Dewa Surya dipinggir sungai Candrabhaga (Chenab).

    Para  pendeta yang yang ada di tempat Sqkadvipa yakni pendeta yang hebat dalam puja pada tuhan Surya dan mereka diundang oleh Samba dan bertindak sebagai pendeta pemimpin dalam kuil itu. Jika hendak makan maka orang-orang suci di Sakadvipa melakukannya dengan membisu dan sunyi. Hal ini juga diikuti oleh mereka yang tinggal di Sakadvipa. Para Brahmana dari golongan Maga selalu menggunakan benang suci yang dikenal sebagai Avyanga, yang mengikat pinggangnya. Mereka juga memelihara jenggot dan tidak menyentuh benda-benda yang tidak suci. Mereka diharuskan berketurunan untuk menambah jumlahnya dan menyumbangkan sebagian dari pendapatannya. Mereka menjadi vegetaris dan hanya memakan sayuran dan buah-buahan saja. Mereka harus berpenampilan baik dan teguh hati seimbang dan mempunyai pengendalian diri yang penuh.

    Silsilah perihal adanya Brahmana golongan Maga yakni sebagai berikut Tersebutlah seorang rsi yang berjulukan Rijihva yang merupakan pemuja tuhan Agni. Putri rsi Rijihva yakni Niksubha. Sebelumnya Niksubha telah diidentikkan sebagai Chaya. Sebenarnya secara rahasia Surya telah menikahi Niksubha dan mempunyai seorang putra yang berjulukan Jarasabda.

    Ketika Rijihva mengetahui bahwa Niksubha telah menikah dengan Surya tanpa sepengetahuannya, maka dia menjadi amat marah. MeskipUn dia amat menyayangi putrinya, namun dia tetap mengutuknya.“ “Aku mengutuk anakmu kelak akan menjadi orang yang tidak berguna” katanya.

    Dengan berlinang air mata Niksubha memohon pada surya dan beliaupun berkenan untuk menampakkan diri dihadapannya. “Aku tidak sanggup membatalkan kutukan ayahmu” kata tuhan Surya “bagaimanapun juga ia yakni seorang rsi. Akan tetapi saya memberkatimu bahwa kelak keturunan anakmu akan menjadi golongan orang yang mempelajari Veda dengan serius dan menggunakan benang suci yang dinamakan Avyanga. Tidak usah memikirkan apa yang terjadi pada putra-putramu alasannya yakni keturunan mereka akan menjadi orang yang berguna”.

    Keturunan Jarasabda inilah yang kemudian menjadi para Maga Brahmana. Bhavisya Purana juga menyediakan klarifikasi dan keterangan perihal para Maga yang memuja tuhan Agni sebagai ritual sehari-hari mereka.

    (Para sarjana telah menyidik bahwa para Maga yang diterangkan dalam Bhavisya Purana. yakni para pendeta Magi yang terdapat di Iran. Orang-orang ini kemudian bermigrasi ke India pada tahun-tahun awal, mungkin sekitar masa para Kushana. Meskipun kata Iran tidak terdapat dalam kitab Bhavisya Purana, namun kata Sakadvipa bersama-sama menunjuk pada Iran. Para penduduk Iran pada masa lampau yakni para pemuja api dan matahari. Bhavisya Purana menyebutkan ada lima jenis api (agni). Sedangkan kitab suci golongan Avesta juga mengenal adanya lima jenis api ini. Bahkan nama salah satu nabi para Zarathustra hampir seakan-akan dengan Jarasabda. Orang-orang Persia yang merupakan keturunan bangsa Iran juga menggunakan benang suci di pinggangnya. Bhavisya Purana merupakan tumpuan adanya sintesis dan asimilasi budaya lain dengan budaya Hindu).

    Bagaimana dengan golongan Bhojaka yang juga disebutkan sebagai pemuja matahari dalam Bhavisya Purana? Seperti para Maga, mereka juga berasal dari Sakadvipa. Akan tetapi ada banyak perbedaan antara Maga dengan Bhojaka. Para Bhojaka membuat persembahan sehari-hari yang terdiri dari makanan pada Surya. Mereka juga mempersembahkan dupa, sembahkan dupa, kalung bunga, dan aneka macam persembahan lainnya. Mereka mempelajari veda, mandi tiga kali sehari dan memuja Surya sebanyak lima kali sehari dan menolak makanan yang diberikan oleh golongan sudra.

    Seorang Bhojaka harus menggunakan benang suci Avyanga setiap saat. Karena dengan menggunakan benang suci inilah seorang bhojaka akan mencapai kesucian dan mendapat berkah dari tuhan Surya. Seorang bhojaka yang tidak menggunakan benang suci ini akan kehilangan kesuciannya dan tidak diperkenankan untuk memuja Surya. Jika ia menanggalkan benang suci itu, maka kesehatannya tidak akan terjaga dengan baik, tidak mempunyai keturunan, dan tidak akan mendapat kesempatan untuk mendapat surga. Bhavisya Purana menyatakan bahwa benang suci ini berafiliasi dengan semua kitab veda, para dewa, dan semua mahluk yang ada di bumi ini. Dikatakan bahwa Visnu berada di dasar benang itu, Brahma di tengahnya dan Siva berada di ujungnya.

    Dari klarifikasi diatas kita sanggup mengetahui bahwa para bhojaka telah mendapat status yang lebih tinggi dari para Maga. Pengabdian para Bhojaka dijunjung setinggi langit. Sebagaimana seorang istri melayani suaminya, seorang murid melayani gurunya, demikianlah seorang bhojaka melayani Surya. Sebagaimana tidak ada kitab suci yang melebihi Veda, tidak ada sungai yang mengatai kesucian sungai Ganga, tidak ada persembahan yang mengalahkan upacara Asvamedha, maka demikianlah bagi para Bhojaka. Surya yakni tuhan yang tertinggi, Sebagaimana tidak ada Mahkluk yang lebih tinggi dari para Bhojaka, bagi tuhan dilakukan oleh para bhojaka hendaknya Surya sendiri yang telah melakukannya. Tak seorangpun sanggup mencapai pembebasan sebelum menjadi seorang Bhojaka.

    Ini juga berlaku bagi setiap kelahiran seorang bhojaka. Pangeran Priyavrata yakni putra Svayambhuya manu dan Priyavrata membangun sebuah kuil untuk tuhan Surya di Sakadvipa. Beliau membuat sebuah patung Surya yang terbuat dari emas. Akan tetapi . meskipun telah berusaha sekuat tenaga ia tidak sanggup mendapat pendeta untuk melaksanakan puja pada kuil itu. Dan dalam rasa frustasi yang dalam dia mulai berdoa pada tuhan Surya.

    Dewa Surya berkenan atas doa-doa Priyavrata dan menampakkan diri dihadapan Priyavrata.

    "Anugrah apa yang kamu minta?” tanya tuhan Surya

    Mohon berikanlah hamba anugrah biar ada beberapa pendeta yang akan melaksanakan puja di kuil ini" kata Priyavrata.

    Dewa Matahari oke atas undangan itu. Dan dia kemudian membuat delapan orang suci dari badan dia sendiri. Dua lahir dari dahi beliau; dua dari tangan, dua dari kaki dan dua dari sinar beliau. Mereka yakni para Bhojaka yang kemudian berdiam dan memimpin setiap ritual di Sakadvipa. Sebuah kuil juga telah dibangun di Kalapriya, di pinggir selatan sungai Yamuna. (Sanjaya.2002:13-19)


    Reff:
    Sanjaya, Gede Oka. 2002. Bhavisya Purana. Surabaya: Paramita.