6 novel singkat tentang persahabatan

Daftar isi :

    novel singkat tentang persahabatan - Berikut ini adalah 6 kumpulan cerpen/Novel pendek dengan tema persahabatan yang akan memberikan apresiasi terhadap arti sahabat dalam kehidupan kita lewat cerita pendek yang menarik dan seru. Silahkan disimak!

    novel singkat tentang persahabatan

    1. Novel Persahabatan – The Shining Stars

    Malam ini bintang bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak kalah memancarkan cahayanya, menyembunyikan kegelapan malam. Hal ini membuat Carrisa sangat senang, karena ia bisa melihat bintang sepuasnya. Berbeda dengan Casey, Sahabatnya yang memejamkan mata ke arah Carrisa seakan keindahan malam ini tidak menarik untuknya. Tapi dibalik itu tersimpan sebuah masa lalu.

    “ Casey, jangan bilang kau terpesona dengan wajahku.” Carrisa mengalihkan pandanganya pada Casey sambil memasang wajah geli.

    “ Apa ? yang benar saja. Mataku tertutup. Kau pikir aku penyuka sesama jen ~ ah sudahlah.”

    “ haha. Tenang tenang aku juga bukan tipikal wanita seperti itu.” Kekeh Carrisa

    “ Bagus. Bagaimana kalau kita pulang, sudah hampir 2 jam kita berbaring di rumput ini dan kurasa kulitku sudah membeku sekarang.”

    “ Ah ayolah. Apakah kau tidak bisa menikmati apa yang sedang kunikmati sekarang. Menatap keindahan dunia malam. Bintang, Bulan, Semilir angin dan hal lainnya. Itu mengasikkan Casey.”

    “ Dan aku tidak suka.” Protes Casey

    “ Selalu itu yang kau ucapkan setiap kita kesini. Aku tahu kau sahabatku, tapi kalau kau tidak menyukai rutinitas ini sebaiknya kau tidak usah ikut. Padahal yang kudengar dari Ibumu kau suka sekali dengan ilmu astronomi dan meneliti langit.”

    “ Memang. Dan sekarang aku sudah tidak tertarik.”

    Carrisa menghela nafas. Inilah yang selalu Casey jawab jika dia sudah mulai mengungkit tentang hal semacam ini. Casey akan berubah menjadi wanita yang menyebalkan dan ketus. Tapi, Carrisa adalah sudah menjadi sahabatnya sejak 5 tahun lalu dan pergi ke tempat ini nyaris setiap minggu, seharusnya dia sudah tau apa yang menyebabkan Casey seperti ini. Keheninganpun kembali tercipta.

    “ Aku tidak tahu apa yang membuatmu seperti ini Casey. Tapi kau harus tahu bahwa aku kesini karena aku merindukan orangtuaku. Mereka bilang mereka akan selalu ada diantara hamparan bintang. Dan aku mengajakmu hanya untuk menunjukan bahwa aku tidak kesepian disini. Karena aku memiliki sahabat.”

    Carrisa mulai angkat bicara. Sedangkan Casey hanya memejamkan matanya seolah yang dikatakan Sahabatnya ini angin lalu. Dia malas membicarakan hal yang berbau kematian dengan sahabatnya ini.

    “ Ah, dan kau harus tahu juga Casey. Jika aku sudah tidak ada didunia ini lagi aku juga ingin menjadi bintang, yang paling bersinar.”

    “ kurasa kau tidak normal Carrisa. Mana mungkin kau ingin menjadi sebuah bola gas yang panas ? dan menjadi yang paling bersinar ? itu artinya kau bintang paling panas. Carilah tempat trasformasi lain.”

    “ aku tahu kalau bintang itu berasal dari bola gas. Orang orang bahkan tidak mau mendekatiku dari dekat. Tapi, bukankah semua orang menyukai bintang yang terlihat dari jauh ?”

    “ Semua orang kecuali aku.”

    “ Benarkah ? mungkin kalau aku mati kau akan menyukai bintang.”

    “ Berhentilah membicarakan kematian Carr. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau pergi sekarang. Dan tentu saja aku akan makin membenci segala tentang malam hari.”

    “ menyeramkan sekali mendengarmu sampai harus membenci malam hari.” Carrisa menggelengkan wajahnya mendengar ucapan sahabatnya itu.

    “lalu apa yang bisa kulakukan agar kau tidak menyalahkan kematianku ?”

    “ Tetap hidup dan menjadi sahabatku hingga kita sudah dewasa dan aku sudah merelakanmu pergi.”

    —————–

    “ Carr, tidak apa kan aku tidak menemanimu pergi ke taman kota malam ini ?” Ucap Casey dari telefon.
    “ Ah, akhirnya kau mengakui juga kalau kau tidak suka hal yang berbau malam. Seperti Bintang misalnya .” Carrisa menjawab dengan sedikit terkekeh.
    “ Bukan bukan. Malam ini aku ikut latihan Tari. Kau tahu kan dua hari lagi sekolah kita akan mengadakan Lomba ?”
    “ Ya ya. aku hanya bercanda, kalau begitu semoga latihannya berjalan lancar.”
    “Ok. Bye.”

    Casey langsung memutuskan sambungan telefonnya, dan entah kenapa perasaannya berubah menjadi tidak enak. Tanpa memikirkan itu, ia segera beranjak ke ruang keluarga, berpamitan dengan Ayah dan Ibunya yang sedang menonton tv.

    “ Yah, bu. aku berangkat latihan Tari dulu.”

    Pamit Casey pada Kedua orangtuanya. Ayahnya hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.

    “ Tumben sekali. Biasanya kau pergi ke taman kota setiap malam minggu bersama Carrisa.” Tanya Ibunya

    “ Dua hari lagi lombanya, bu. Lagipula aku sudah bilang pada Carrisa kok.”

    “ Okay. kalau begitu jangan pulang terlalu larut.”

    “ Pastinya.”

    Ketika Casey hendak beranjak dari ruang keluarga tiba tiba Ayahnya menyela.

    “ Hm. Cass, tidak tertarikkah kau mengunjungi kakakmu ? kau belum pernah mengunjunginya semenjak itu.”

    “ No. Salah siapa dia tidak menepati janjinya.”

    “ Lalu sampai kapan kau akan menyalahkan kakakmu yang tidak bersalah itu ?”

    “ Entahlah. Mungkin suatu hari nanti aku akan memaafkannya. Tapi tidak sekarang.”

    —–

    Casey mengusap peluh yang terus mengalir dari pelipisnya sembari meminta ijin beristirahat. Entah berapa jam dia berlatih tari dengan kelompoknya tanpa jeda mengingat tengat waktu menuju lomba sudah dekat. Dia melihat jam yang tertera di Hpnya, 9 malam. Biasanya jam segini dia sedang mengahabiskan waktu dengan Sahabat baiknya di Taman Kota, hal itu membuat perasaannya kembali tidak enak. Dan dia sedikit terlonjak merasakan getaran di Hpnya. Telefon dari seseorang.

    “ Ya, Casey disini.”

    “Nak Casey, Bisakah kau ke rumah sakit sekarang ?”

    Ucap suara disebrang dengan sedikit terisak yang sukses membuat Casey tersentak.

    “Ada apa ? Siapa yang sakit ?”

    “ Ini nenek Carrisa. Nanti nenek jelaskan setibanya kau disini.”

    “Carissa ? Rumah sakit mana ? biar saya kesana sekarang !”

    Setelah mendapat alamat Rumah sakit yang ditunjukan Nenek Carrisa, dengan langkah tergesa Casey meminta ijin pada Pelatih Tarinya dan langsung meninggalkan Studio tempatnya berlatih. Lalu menyetop taksi yang lewat dihadapannya.

    “ Tidak ada bintang malam ini. Gelap. Seperti waktu itu.” Gumam Casey.

    Selama diperjalanan Otak Casey tidak henti hentinya bertanya. Kenapa dengan Carrisa ? apa yang menyebabkannya masuk rumah sakit ? dan pikiran pikiran lainnya yang terus bersahutan diotaknya. Tidak sampai 10 menit berselang Casey sudah sampai di rumah sakit yang dituju dan langsung bertemu dengan Nenek Carrisa yang telah menunggunya di Loby dengan wajah sembab.

    “ Ada apa Nek ? apa yang terjadi pada Carrisa ?”

    Ucap Casey dengan sedikit tergesa dan masih dilanda kebingungan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Carrisa. Biar bagaimanapun Carrisa adalah satu satunya sahabat yang dimiliki Casey.

    “ Dia tertabrak mobil yang sedang melintas ketika dia akan pulang kerumah. Lukanya cukup parah, Dan sekarang..” Nenek Carrisa menghela nafas sebelum melanjutkan. “ Dia sudah tenang bersama orang tuanya.”

    Casey terpaku begitu mendengar penuturan dari Nenek Carrisa yang sekarang sudah menitikan air matanya lagi. Sudah tenang dengan orang tuanya ? bukankahh orang tuanya sudah tiada ? Apa mungkin dia ..

    “ Maksud Nenek ?”

    “ Dia sudah tiada, Nak. Nyawanya tidak bisa diselamatkan. Carrisa sudah menjadi bintang dilangit, seperti yang diinginkannya.”

    Jelas nenek Carrisa sekali lagi. Casey menggeleng, ‘Tidak. Tidak mungkin dia pergi secepat ini. Ingatanku tentang masa laluku bahkan belum pudar. Dan mereka berdua meninggalkanku dengan cara seperti ini’ rutuk Casey.

    “ Aku tahu kau satu satunya sahabat yang dia punya, dia sering membicarakanmu. Kau tidak seperti teman Carrisa yang lain yang selalu menghinanya karena Orangtuanya sudah meninggal.”

    “ Aku ingin melihatnya sekarang !”

    Sela Casey dengan intonasi yang sedikit tinggi. Ia tahu itu tidak sopan, tapi dia sudah terlanjur tidak percaya dengan semuanya. Tidak percaya kalau sahabat yang baru 5 tahun dekat dengannya harus pergi secepat ini.

    “ Baiklah. Ikut aku.”

    Nenek Carrisa menunjukan Ruangan dimana Carrisa menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia memang belum dipindahkan karena Neneknya tahu bahwa Casey pasti ingin menemuinya terlebih dahulu. Ketika Casey mendekati Carrisa barulah ia percaya bahwa sahabatnya ini memang sudah pergi.

    “ Kau tidak menghargai janji yang kuucapkan Carrisa. Cepat sekali, bahkan aku belum memberi tahumu mengapa aku membenci bintang Carr.” Ucap Casey sendu. “ Kalau saja tadi aku menemanimu mungkin semuanya tidak terjadi.”

    Ternyata inilah yang menyebabkan perasaan Casey tidak enak semenjak memutuskan sambungan telefon dari Carrisa. Telefon yang menjadi percakapan terakhirnya bersama sahabatnya itu.

    Sekarang tidak ada lagi Carrisa. Tidak akan ada lagi seseorang yang selalu menemani Casey, Tidak ada lagi Carrisa yang bisa Casey ajak bermain. Tidak ada lagi Carrisa yang cerewet. Tidak ada lagi Carrisa yang selalu mengajaknya ke Taman kota. Dan tidak ada lagi Carrisa yang bisa membuat Casey merasakan kehadiran Kakaknya dari sisi Carrisa.
    Sekarang kedua orang itu sudah pergi. Disaksikan langit malam yang tanpa bintang.

    ——-

    Seminggu setelah pemakaman Carrisa, yang sampai sekarang belum bisa Casey lupakan. tiba tiba saja, sore ini Nenek Carrisa menelefon Casey untuk datang ke rumahnya. Entah untuk alasan apa.

    “ Masuklah .. ” Ucap nenek Carrisa begitu melihat Casey sampai dirumahnya.

    “ Sebenarnya ada apa nek ? tumben sekali nenek menyuruhku ke sini ?”

    “ Tidak. Nenek hanya tidak sengaja menemukan ini.” Ucapnya sambil menyodorkan sebuah surat. “ Sepertinya untukmu.”

    Tanpa membacanya, Casey langsung bertanya pada nenek Carrisa. Karena bagaimana bisa Neneknya itu tetap terlihat senang. Padahal, dia sudah kehilangan semuanya. Seorang anak yang merupakan Ibu dari Carrisa dan Carrisa sendiri.

    “ Nek. Aku tahu semua orang harus merelakan orang yang disayanginya pergi. Tapi kelihatannya nenek sangat cepat melupakannya ?”

    “ Yah. Sebenarnya nenek bahagia Carrisa sudah tidak ada sekarang.”

    Ucapan Nenek Carrisa itu sontak membuat Casey terperangah.

    “ Maksud nenek ? bukankah nenek sangat menyanyangi Carrisa ?”

    “ Memang. Dan karena itulah nenek bahagia. Karena orang yang nenek sayangi tidak harus merasakan sakit seperti yang dialami Ayah dan Ibunya.”

    “ Aku tidak tahu Carrisa sakit. Bahkan dia saja tidak pernah memberitahuku mengapa orangtuanya meniggal.”

    “ Gejalanya memang belum terlihat. Dia masih muda. Carrisa mengidap HIV akibat kesalahan orangtuanya. Dia tidak harus sampai direhabilitasi sekarang.”

    Hal itu sukses membuat Casey terkejut. HIV. Jadi itu yang membuat Nenek Carrisa senang Carrisa sudah tiada. Senang karena tidak harus melihat orang yang dia sayangi menderita berkepanjangan karena penyakit itu. Tapi, bagaimana juga Sahabatnya itu tetap Ceria ?

    “ Dan aku sebagai sahabatnya sendiri tidak tahu.”

    “ Itu karena tidak semua rahasia harus dibeberkan kan. Setiap orang pasti mempunyai rahasia sendiri yang tidak boleh diketahui orang lain. Untuk keamanan jiwanya mungkin. Dan kau juga harus tahu Casey, Tuhan menunjukan kebaikannya lewat apapun. Meskipun orang lain merasa itu bukanlah kebaikan.”

    Ya. tidak semua Rahasia harus dibeberkan. Dan tuhan itu selalu baik.

    ‘ Aku kira hanya aku yang mempunyai rahasia pribadi. ‘ fikir Casey.

    ——–

    Hai Casey,
    Bagaimana kabarmu sekarang ?Aku harap sahabatku yang begitu benci bintang ini sudah berubah. haha ? aku tidak tahu kapan surat ini akan sampai ditanganmu, tapi aku percaya jika surat ini sudah sampai ditanganmu itu artinya aku sudah pergi, bergabung dengan orangtuaku dan tentunya menjadi bintang yang paling bersinar dilangit. Aku tidak perduli dengan masalah bola gas itu. ðŸ˜›
    Pokoknya jangan salahkan siapapun kalau aku pergi. Karena itulah yang sudah ditakdirkan oleh tuhan Cass. Dan kalau kau ingin berbicara denganku, Carilah bintang yang paling bersinar di langit. Disitulah aku menemanimu dengan cahayaku.
    Your Bestfriend,
    Carrisa

    Casey tidak tahu harus bagaimana setelah membaca surat dari Carrisa itu. Pikirannya tidak menentu sekarang, sulit merelakannya meskipun ia tahu itulah yang terbaik dan tanpa disadari matanya mulai berkaca kaca.

    Dan saat itu pula Casey sudah sampai di tempat yang ia tuju. Sebuah tempat yang dia sendiri sudah lupa kapan terakhir kalinya kesini. Dengan berhiaskan langit malam yang entah kenapa sekarang dipenuhi bintang bintang dan sebuah bulan yang terlihat lebih terang dari biasanya.

    SARAH DIANITA

    “ Hai kak Sarah.”

    Gumam Casey. Setelah pulang dari rumah Nenek Carrisa entah kenapa dirinya ingin sekali mengunjungi makam kakaknya, padahal sedari dulu dia menolak mentah mentah jika ada orangtuanya mengajaknya kesini.

    Bukan karena ia membenci kakakknya. Tapi karena kedekatannya dengan kakaknya lah yang membuatnya tidak ingin mengunjungi makam kakaknya. Ia tidak mau menerima kenyataan jika kakaknya sudah tiada.

    “ Sudah lama kakak tidak mengajakku meneliti bintang lagi. Sudah hampir 6 tahun.”

    Sarah memang selalu mengajak Casey meneliti bintang di tempatnya bekerja dulu. Sama seperti Carrisa yang selalu mengajak Casey pergi ke Taman kota untuk menatap bintang. Karena alasan itulah dia membenci bintang, meskipun begitu dia tidak menolak ajakan Carrisa setiap minggu karena hati kecilnya ingin selalu mengingat kakaknya.

    “ Kau tahu kak ? Impianmu sama dengan sahabatku yang baru saja pergi. Ingin menjadi bintang yang bersinar. Haha.”

    Casey terus bercerita sendiri sambil membayangkan kakaknya ada disana, berbicara seakan kakaknya masih hidup,dan melupakan segala keogisannya yang selama ini membuatnya tidak mau bertemu kakaknya.

    “ aku pulang dulu kak. Aku berjanji sekarang akan selalu mengunjungimu karena aku tahu kakak disini karena tuhan ingin yang terbaik untuk kakak.”

    Casey pun bangkit dari makam kakaknya dan pulang ke rumah. Tanpa disadarinya, dilangit sana ada dua bintang yang bersinar sedari tadi. Terus dan terus bersinar sepanjang malamnya dikala berbagai cuaca, selalu menemani Casey dimalam hari, menerangi dunianya. Karena mereka adalah Bintang yang bersinar.

    ——

    Cuz’ in the sky, you’re so high.
    There are beautiful stars which shine the night.
    She’ll be dancing in the clouds and she’ll be singing in the rain.
    Among those beautiful stars.
    ( Greyson Chance – Stars )

    2. Novel Persahabatan – Cukup Luka itu yang Terakhir

    Novel singkat Persahabatan – Cukup Luka itu yang Terakhir

    Kadang , kita selalu mempercayakan diri sepenuh nya kepada sahabat , karena sahabat itu , adalah tempat dimana kita mengalami susah , kita berlindung kepada sahabat di pelukan ia kita merasa nyaman namun , sakit sekali jika sahabat yang kita percaya sudah lama , mengkhianati kita apa lagi masalah nya tentang cowok ? oh no , seperti bunga mawar merah merona,kokoh tubuhnya ,indah di pandang . tetapi kita belum lihat , dibawah nya .duri yang siap menanti untuk kita .
    “ chaa sedang apa kamu , ko sendirian sih ? “
    “galau dah , aku gatau harus gimana lagi “
    “jangan nangis sayaang , keep smile , cerita dong ,kenapa ? masalah nya apa karena cowok ? “
    “ iya , dah , aku baru putus dari dia , dia lebih memilih yang lain di banding aku , aku gamau sakit hati karena cinta ! “ seru icha nangis membentak .
    “ udah , udah jangan nangis sahabat kecil ku , jika kamu sudah terjebak yang namanya cinta , kamu harus jalanin itu , walau emang akhirnya pahit dirasakan . “
    “ yah dah , kayanya aku ambil pilih jalan yang salah . “
    “kenapa , ? bukan kamu yang memilih jalan yang salah , tetapi cowok itu yang harus nya intropeksi diri sendiri , dia di butakan dengan kabut , bodoh nya dia pergi dari kamu, masih banyak yang lain cha move on deh ! “
    “ yah , indah bantu aku oke sahabat ku yang paling baik paling cantik , “

    Icha , ya dia sahabat ku dari kecil , dia manja ,lugu , cantik Cuma ,iya selalu dipermainkan sama yang namanya laki –laki , dia terlalu polos untuk mengenal cinta . namun icha itu susah yang namanya melupakan seseorang , padahal banyak sekali yang suka sama dia . tetapi aku selalu ada ko untuk dia , karena bagiku dia sahabat yang paling berharga .

    Keesokannya di sekolah..
    “icha gimana udah mendingan ? “
    “udah dah , sekarang aku udah mendingan , karena kenapa sahabat kecilku andre . dia pindah di deket rumah ku hore ðŸ˜€ “
    “ wah asik dong ,berarti aku dilupain nih -_- “
    “ yah enggak lah teman ku , yg paling cantik , aku bakal setia ko sama kamu sayaang “
    “ idihh geli deh , icha maho ya ? wkwkwk “
    “ ih bukan maho tapi les*i , ih “”
    “ astagah jeruk makan jeruk dong , kabuuuuurrrr “
    “ bercandaaa indaaaaaah ðŸ˜› dasar nyebelin ðŸ˜› “

    Saat pulang sekolah aku , mampir ke toko buku gramedia , seperti biasa aku beli novel , yang pastinya edisi terbaru hhi … pas aku lagi asik baca novel , tiba-tiba ada yang menabrak ku ,novel yang ku baca jatuh deh ..
    “ heh liat –liat dong kalo jalan ! punya mata gak sih ! lo kira ini jalan punya nenek moyang lo ! “ pas aku lihat kedepan mata ku , OMG cowo itu cool ganteng banget . aku senyum tersipu malu , “ maaf mba sekali lagi maaf ,soalnya saya pusing bawa buku sebanyak ini , maaf”
    “ hehe iyah gpp ko , maaf juga udah ngomong kasar “ sambil muka memerah .
    “ iya gpp , salah aku juga , oh iya kita belum kenalan , namanya siapa “
    “ aku indah , kalo kamu ? “
    “ andre , salam kenal yah dah , aku deluan ya soalnya buru –buru “
    “ iyah salam kenal juga andre J“ OMG itu cowo ganteng banget cool , pasti orang nya baik deh , kaya nya aku mulai jatuh cinta nih , curhat ah ke icha , pasi icha penasaran nih , aku udah jatuh cinta sama seseorang hhaaaa…… aku pulang dari gramed, langsung OTW kerumah ,ternyata icha udah ada dikamar ku ,. Dia senyum-senyum sendiri , entah kenapa , aku mikirnya jangan –jangan anak ini mulai sengklek kali ya ?
    “ cha , kenapa senyum –senyum sndiri ? galau nya udah ilang ya ? hhaaaa “
    “haha iyah nih aku lagi jatuh cintaaaaaaaaaaaaaaa”
    “ waaah secepat itu kah ? emang kamu aja yang lagi jatuh cinta , aku jugaaaa ðŸ˜€ “
    “ sama siapa dah , cerita dongg , jarang –jarang nih indah suka sama seseorang “
    “ apaaa lu kira gw jeruk makan jeruk apa ? gw masih normal kali cha , “
    “ iyaaa ,iya siapa namanya dah ? orang nya kaya apa , jangan –jangan kaya sule ya ?”
    “ ih ichaaaaa ngeledek mulu ðŸ˜› , ganteng banget putih , cool , dan baik bgt , tadi aku ketemu di gramedia , dia kaya yang keburu –buru , terus nabrak aku deh , aku marahin dia , pas lihat mukanyaaaaa aduhhh ganteng nya , kaya steve williaaam hhi jatuh cinta itu , bias buat kita nge fly yaa “
    “ waaa aku ngiri , tapi andre juga jauh lebih ganteng , dah , hahaha “
    “ eh , dia juga namanya andre loh ðŸ˜€ “
    “ WAH Samaan dong ….berarti kalo kita jadian sama cowo yang kita taksir , kayanya unik ya , namanya samaa hhi , oiaaaa dah , andre baru masuk sekolah , yang tepatnya aku satu sekolahan sama dia , asik .. semoga aja aku jadian sama dia ðŸ˜€ “ dari perbincangan kita tadi , ko aku mulai gelisah ya , aku takut andre yang aku omongin sama icha , itu adalah andre sahabat icha kecil , sedangkan aku udah benar –benar jatuh cinta ,aku Cuma berharap kalo andre yang diceritakan icha , bukanlah orang yang aku taksir .

    Keesokan harinya di sekolah …
    “ anak-anak , ibu ada pengumuman bahwa di kelas kita ada siswa baru , kenalkan siapa nama kamu , asal dari mana “
    “ namanya saya andre indra dermawan , biasa di panggil andre,saya asal dari SMA bina bakti ,dari Jakarta “ whaaat itu kan andre , yang pernah ketemu di gramed , hoaaalaaa .. semoga dia bukan sahabat kecil nya icha , aku udah jatuh cinta banget sama dia ” “
    “ andre , kamu duduk sama indah ya “
    “eh kamu lagi mba , ketemu lagi , hehe iya , kenapa kamu ga cerita sih kamu sekolah disini ? “
    “ gimana mau cerita kita , kan baru kenal “

    Istirahat tlah tiba .. andre ngajak aku ke kantin .ketika sedang ngobrol –ngobrol saking asik nya , icha dateeng tiba-tiba .
    “andreeee , icha kalian udah kenal ya , ? ko bisaa ? “
    “ kita sekelas cha , “ aduh mampus , bener kan andre ini sahabat kecil icha .
    “iya cha , sini cha , kita makan bareng , aku teraktir . “
    “ iyaa makasih andre , dre , kamu masih inget kan masa kecil kita yang dulu nya polos banget , tapi indah juga “
    “ iyah aku inget , kamu makan eskrim langsung bersin deh , kena muka ku “
    “ hahaha iyah , maaf ya tapi lucu banget ceritanya hhi “

    Aku di diemin deh , mereka ke asikan ngobrol , ko aku jadi cemburu yah .kesel deh liat mereka .
    “icha , andre , aku deluan ke kelas ya , aku lupa gak ngerjain pr ,”
    “ dah , mau aku anterin ? “
    “ gausah andre “

    Se sampenya di kelas , aku nyoret “ buku ku itu , sepertinya aku gak pantes , buat dapetin andre , aku gaenak sama icha .

    Pulang sekolah andre ngajak pulang bareng , aku kaget , seneng juga bisa di ajak sama dia ,
    “ dah , pulang bareng , yu anterin aku ke gramed , bisa ga ? entar aku teraktir mie ayam deh .”
    “ boleh –boleh dre . “

    Aku dibonceng sama andre OMG , andre ganteng banget , bikin aku ngefly , cewe-cewe di sekolah pada iri , liat aku sama andre , hhi serasa putri yang mendapatkan pangeran dari surgaaa .. , aku melihat icha , dia kayanya kesel dengan ku , aku ngerasa salah juga sama icha , tapi gimana aku udah cinta mentok , sama andre . sesampe di gramed , ternyata dia beli novel yang judul nya some body help me ? itu adalah novel horror , kesukaan ku , ko dia bisa beli ya ?
    “ eh andre , ko kamu beli novel ini ? kamu suka baca novel ?
    “ iya dah , aku suka apa lagi yang horror “ gtu ,”
    “ aku udah tau cerita novel itu , rame bgt deh , coba baca deh “
    “ wah , serem ga ndah ? “
    “ lumayan , akhirnya , tapi bahagia , pokonya ceritanya itu gadis yang mau di korbanin , buat setan kaya gtu lah “
    “ wah kayanya rame , aku beli deh , kayanya kamu suka bgt sama novel ? “
    “ suka banget dong dre , “ habis dari gramedia , aku makan mie ayam sama andre .. rasanya enak bgt , tapi ko aneh yah ada tempat mie ayam se romantic gini .
    “ dre tempatnya gasalah ?
    “ ga kok dah , ga salah kenapa , kamu gasuka ? “
    “ suka ko tempat nya unik “

    Ketika kita makan mie ayam , aku keselek , eh andre , ngasih air putih
    “ makasih , dre maaf udah ngerepotin ”
    “ gak ko ndah gpp , makan nya hati –hati yah , ndaaah …. Aku mau ngomong sesuatu ..”
    “ apa dre ? “ waduh hatiku dag dig dug , jangan –jangan andre , mau ngomong , ..
    “ ini di bibir kamu ada noda , “
    “ aduh , aku kiraa ngomong apa , kamu ,sampe serius gtu haha , iya makasih dre “
    “ emang kamu kira aku mau ngomong apa dah ? “
    “ engga lupain hehehe “
    “dasar kamu indaaah , “
    “ aku kira aku mau ngomong , kamu …”
    “ kamu apa ? …”
    “ aku suka kamu “ disitu kita saling terdiam . entah mengapa , keadaan jadi hening seperti itu.
    “kamu ga salah ?.. aku juga ngerasa sama ndah , padahal aku baru kenal kamu beberapa hari ini , aku juga suka kamu , mau gak kamu jadi ,..”
    “ jadi apa ? jadi pembantu mu ?
    “ hahaha ngawur kamu , ko kita jadi serius gini , ya ngerasa aneh gak ?”
    “ihhh lanjutin dong yang tadi , aku emang serius dre ! “
    “ jadi pacar aku indah fitri indriani ”
    “ aku jawab yah “ mauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu “
    “ asik pacar baru nih ðŸ˜€ “

    Setelah makan mie ayam , aku diantarkan andre pulang , tiba-tiba , ada icha di depan rumah .
    “ istirahat ya sayaang , jangan lupa mandi, dan kalo mau tidur jangan lupa mimpiin aku ”
    “ hhe iyah kamu juga yah ”
    “ yaudah aku pulang dulu ya see you tomorrow “

    Aku seneng banget bisa jadian sama dia andre pria idaman ku, tapi gimana dengan icha ,pasti dia ngambek bgt nih -_- ucap ku dalam hati
    “heh , ndah ! sahabat macam apa kamu ! bisa-bisanya kamu giniin aku , kamu jahat ndah !
    “ aku emang jahat cha , maaf cha , aku udah sayaang sama andre “
    “ terus gw haruus bilang wow hah ! gw yang deluan kenal sama dia ! kenapa lo ambil dia di saat gw udah sayaang sama andre !”
    “maaf cha , , aku juga sayaang dia “
    “ pokonya andre Cuma milik aku , MILIK AKU ! KAMU GABOLEH DAPETIN DIA !

    Icha langsung pergi , dan aku hanya bisa menangis , di kamarku tempat ku merenung , oh tuhaaaaaaan , kenapa engkau takdirkan aku sperti ini , kenapa aku harus jatuh cinta sama sahabat icha waktu kecil , aku gak bisa kalau aku jauh dari andre , tapi aku juga gak bisa di musuhin sama sahabat terbaik ku icha , aku harus gimana yaa allaaaah

    Keesokan harinya
    “ udah siap –siap , ayo kita berangkat “

    Andre menjeputku , OMG , andreeee kamu bikin aku FLY !
    “ Siap sayaang “

    Sesampe di sekolah ada , icha di gerbang ,
    “ andreee , pulang sekolah kita pergi ketempat eskrim waktu kita kecil yuk , aku kangen sama tempat itu ðŸ˜€ “
    “ maaf cha , aku ada acara sama indah mau nonton filem horror ,hehe sekarang dia pacar aku “
    “ dre , kamu gak bisa jalan sama dia ! , aku sahabat kecil kamu dre ! “
    “ maaf cha “

    Aku merasa bersalah sama icha , aku harus gimana sekarang ,sepertinya aku harus melepaskan andre untuk icha.

    Pulang sekolah andre ngajak aku ke tempat sesuatu , katanya ada yang mau dia berikan .
    “ ndaah tutup ya matanya “
    “ ada apa sih dre , jangan main ucing –ucingan deh -_-
    “ buka mata kamu ,, ”

    Aku kaget ternyata , andre romantic bgt diaa ngajak aku ke danau , dia hias tempat itu ada kalimat , bacaannya , INDAH AKU SAYANG KAMU , BAGI AKU KAMU CINTA TERAKHIR YANG AKU MILIKI . ya tuhaaaan , aku gak sanggup kalo aku pisah dengan andre , tapi ini semua buat icha , aku harus ngelakuin
    “ dre , aku juga sayaang kamu tapi maaf sekali lagi , aku gabisa nerusin hubungan kita ini , persahabatan aku dan icha jadi hancur
    “loh kenapa ? ndah aku ga sanggup kalo aku kehilangan orang yang aku sayangg “
    “ lebih baik kamu jadian sama icha . “

    Aku pergi , langsung pulang . aku gakuat nahan rasa sedih yang aku pendam ..aku kerumah icha .sekalian mau ngasih tau kalo aku putus sama andre .
    “ chaaaa”
    “ apa, parasit ? hah mau apa lagi kamu dataang kerumahgw , bagi gw lo hanya sampah !
    “ oke fine , emang aku salah cha , tapi aku udah putus sama andre , aku nyuruh buat dia jadian sama kamu , maaf sekali lagi . “
    “ nah ngaku salah juga ini parasit ! “ yaudah jangan deket-deket sama andre lagi !

    Badan ku lemas , aku pulang kerumah dengan air mata , yang membanjiri , dan sepertinya tidak akan berhenti .
    “ kamu kenapa ndah , ko sedih gtu sih ?”
    “ mah , indah mau sekolah di luar negri”
    “ loh kenapa sama sekolah mu yang baru ,?
    “ gpp , mah boleh gak mah ? “
    “ iyah boleh , entar mamah pesenin tiket pesawat , kamu bisa tinggal sama kaka kamu di irlandia , yaudah kamu tidur gih ”
    “ iya mah ,”

    Aku bohong sama mama aku gak bakal bisa tidur , yang ada di fikiran ku Cuma ANDRE , apa andre mikirin aku juga ?”

    Kesokan harinya …
    “ dre , aku mau ngomong sama kamu , kalo besok aku gakan sekolah disini lagi , semoga kamu bahagia sama icha aku udah nitipin kamu ke icha .”
    “ kamu mau kemana ndah .. jangan tinggalin aku , aku ga sayang sama icha ! , cinta itu gak bisa di paksakan ndah ! denger !
    “iya aku tau , kalo emang kamu sayang sama aku , kamu jadian sama icha “

    Habis itu aku langsung pulang , aku gakuat liat muka andre seperti itu , rasanya aku pingin cepat-cepat pergi ..

    Sesampainya di airport ,
    “ sayang kamu hati-hati di irlandia, jangan sedih mulu sekolah yang bener disana ya ”
    “ iyah mah , indah bakal , inget pesan mamah . “
    “ ndaaaaaaaaaaaah tunggu “

    Hah itu andre ngepain dia dataang ? -_-
    “ ndaaah , oke kalo kamu emang harus pergi , aku sayang sama kamu , aku bakal jadian sama icha ! demi kamu tetapi hatiku tetep buat kamu !
    “ baguslah kalo begitu “ sakit rasanya , seperti hati di cabik “ oleh pisau

    Aku langsung pergi,dan ku lihat andre menangis.

    4 tahun kemudian ……………………………………………..
    di irlandia yang aku ingat , Cuma andre , andre perasaan aku gakan pernah berubah buat dia , hari senin aku pulang ke Indonesia , aku kangen sama mamah , sekaligus aku ingin ketemu dengan andre .
    “ maaaaaaaaaaaaaaaaaamaaaaaah , aku kangen deh sama mamah , gimana kabarnya ?”
    “ baik sayang , kamu sekarang makin cantik aja sayang”
    “ ah mamah bisa aja , “
    “eh , sayang selama kamu di irlandia , andre ngasih surat buat kamu nih “

    Dear indah
    Dah , aku sayang sama kamu sampe kapan pun hati ku ini buat kamu , walau kamu udah gak sayang sama aku ,udah gak cinta sama aku , aku tetep sayang kamu , tetapi ndah , jikalau kamu ke Indonesia , jangan nyari –nyari aku , karena aku udah bahagia sama icha , gausah kamu hubungi aku lagi , itu semua gak penting , oia semoga kamu dapetin yang lebih dari aku , walau pun hati ini memang sakit ,tetapi aku gakan lupain kamu ,
    Andre .

    sakit bgt rasanya baca surat dari andre , aku langsung kerumah icha ,
    “ chaaa ichaaaa !”
    “ maaf non cari siapa ?”
    “ icha ada mba ?
    “ ga ada neng icha udh pergi ke Jakarta , sama tunangan nya”
    “ bisa minta alamat nya ? “
    “ boleh non , ini )*&&^%$##@@“

    Aku langsung pergi ke Jakarta , ketempat icha .
    “ chaaaaaaaaaaaaaaa”
    “ ngepain kamu dataang lagi ? hah , mau rusak hubungan gw >?
    “ cha , aku pingin ketemu sama andre bisa ?
    “ gak bisa , kalo lo mau ketemu andre pasti lo mau bikin dia lebih terpuruk !
    “ gak cha , aku Cuma mau ketemu sama dia , beri aku kesempatan ! ”
    “ gak bisa ! “ pintu di tutup . sekarang yang aku bisa Cuma nangis sendiri , di dalam kepengapan , aku menyesal kenapa aku nyia –nyiain andre , sih ? toh aku pacaran , /ga pacaran sama andre persahabatan aku dengan icha ,gak akur seperti dahulu , aku menyesal. !
    “ kaa , kaka nyari siapa “
    “ aku nyari andre de , ade tau dimana andre ? , “
    “ aku tau , ka dimana dia , tapi …”
    “ tapi kenapa de ? “
    “aku gak bisa kasih tau ka , “
    “ tolong de , kasih tau kaka , aku butuh dia , aku mau ngomong penting sama dia , “
    “ oke ka , tapi kaka jangan kaget , aku bakal nganter kakak , ke dia , “

    Aku aneh , kenapa , ade nya andre ngajak aku ke rumah sakit ? loh andre kenapa ? semoga gak kenapa – napa deh . aku jadi takut ..ade nya andre mengantarku ke ruang anggrek no 15 ,. Disitu aku melihat dengan mata kepala andre , berbaring disana . !
    “ dreee kamu kenapa dre , kenapa T,T “

    Indah ngepain kamu kesini , aku bilang kamu jangan hubungi aku lagi ! . aku gak sanggup lihat kamu sedih indah ! “
    “ dre , aku sayang sama kamu , aku nyesel ninggalin kamu dre “
    “ iyaa salah aku juga , seharusnya aku jangan mengenal mu ,”
    “ nak indah , andre kena kangker otak stadium akhir , makanya dia , bilang nak indah jangan hubungin dia lagi , tante tinggal dulu ya , “
    “ dreee kenapa kamu gak bilang aku gak sanggup kamu kaya gini “
    “ ndah denger aku sayang sama kamu , jikalau umur ku tinggaal menghitung detik .kamu jangan sedih , kamu harus tetap tersenyum “
    “dre , aku mau nemenin kamu , aku mau nyenengin kamu di sisa terakhir ini , aku gamau meninggalkan kesempatan ke 2 “ badan andre menjadi kurus , kepalanya sekarang tak ada satu helai rambut yang tumbuh , aku menyesal kenapa waktu itu , aku tinggali dia , ini semua gara-gara aku!
    “ aku tau , kamu mikirin apa ndah , ini semua bukan gara-gara kamu , ini semua udah di atur sama allah ,jalan nya emang harus seperti ini Judah yah jangan nangis lagi , jelek , mana indah yang dulu , yang bawell , yang selalu bikin aku tersenyum ,”
    “ aku harus bikin kamu senyum lagi , dre aku bisa ! “
    “ oiaaa ? aku pingin ke taman ndah , bisa anterin aku kesana ?”
    “iyaaa bisaa dong sayang
    “ kangen , ucapan seperti itu ”

    Ditaman kita bercanda ria , tiba-tiba icha dateeng .
    “heh parasit ,aku bilang jangan deketin andre , ini semua gara” kamu ! andre jadi sakit kaya gini
    “kalo marah , jangan ngomong disini , gaenak sama andre , cha “
    “ ya kamu pergi sebaiknya “
    “ gak aku gamau nyiain kesempatan ke 2 !”
    “ denger andre udah jadi milik aku ! “
    “ udahh – aku denger pembicaraan kalian , cha denger aku Cuma nganggap kamu sahabat , gak lebih cha , bagi aku kamu Cuma sahabat , sekarang di hati aku Cuma indah , ngerti cha , harap kamu ngerti , di sisa hidup ku ini aku pingin nyempetin waktu dengan indah , tolong , ak pingin kalian damai , cha , cinta itu gak bisa di paksakan , aku percaya , kamu pasti dapat yang lebih dari aku , dan kamu juga ndah , maaf aku gak bisa jadi pendamping hidup kamu , “
    “maafin aku dre , dah , aku salah , aku melarang kalian untuk menyatu , iya sekarang aku sadar aku gak pantes untuk kamu ndre , oia ndah , tolong jagain andre buat aku , maafin aku gara-gara aku persahabatan kita rusak , seharusnya tak seperti ini “
    “ iya icha aku maafin kamu , maafin aku juga , aku pingin kamu seperti dulu , dan aku nganggap kamu masih sahabat ku yang dulu ”
    “ nah gtu , dilihatnya juga enak , jikalau akupergi , rasanya mungkin udah tenang , melihat kalian sudah damai “ senang nya hati ku sudah berdamai dengan icha , namun ,, mengapa aku damai sama icha , gak dari dulu , kenapa baru sekarang , di saat yang ga tepat ,di saat , andre terkena penyakit ganas , rasanya tak sanggup untuk meninggalkan andre yang ke 2x ingin nya aku gak ada di dunia ini , inginnya aku ikut dengan andre
    “ dre aku anterin kamu ke kamar yah “sambil mendorong kursi roda andre ,
    “dre, aku sayang bgt sama kamu , aku kangen , pas kita makan mie ayam , hhi “
    “ iyaaa aku juga kangen sama kamu ndah , muka kamu lucu kalo lagi marah “
    “ ah kamu ndre “ disaat itu andre mencium khening ku , dan memeluk ku erat , rasanya hangat ,, aku merasa nyaman sekali ada di deket andre .
    “ dre , aku gamau kehilangan kamu ðŸ˜¥ “
    “ ini semua udah takdir ndah, aku juga gamau kehilangan kamu ,sayang “
    “ dre , apa harus aku nyusul bareng kamu ?”
    “ ngomong apa kamu , jangan ndah cukup aku ,”
    “ dre hidung kamu mimisan ndreeeeee “
    “ ah ini gpp ndah , ndah inget pesan aku , kalo aku gak ada di hidup kamu , kamu jangan sedih nangis lagi yah , kamu harus tetap senyum , kamu harus kuat ,jadi cewe yang tegar , aku ini hanya manusia yang lemah , yang bodoh gak bisa jagain putri ku yang cantik ini “
    “ jangan ngomong gtu dre aku gakuat , “
    “ tetap tersenyum , aku yakin kamu dapat hidup bahagia tanpa aku , ndah , sekali lagi aku sayang kamu “

    Tiba-tiba andre , tak sadarkan diri, nafas nya tak berfungsi kembal detak jantung andre gak berdetak aku sudah kehilangan andre untuk selama-lamanyai , andreeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee , jangan tinggalin aku , wajah andre tersenyum , itu berarti aku pun harus tersenyum , aku harus meng iklaskan dia , keluarga andre , icha pun dataang “
    “ andreeee jangan tinggalin kita ,”

    Dokter dan para suster dtang dan menutup seluruh tubuh andre dengan selimut putih .
    “ INNALILAHIWAINNALILAHI RAJI’UN”
    “ ndah kamu jangan sedih yah , masih ada aku disini . inget kata andre , kamu harus senyum , maafin aku juga udah bikin hubungan kalian seperti ini , “
    “ gpp cha inisemua gara “ aku , “ aku Cuma bisa memeluk icha dengan sekuat tenaga ku .

    Hari itu juga , andre di makamkan , aku masih tersedu-sdu , nangis terus inget andre , tetapi aku mencoba untuk tersenyum , aku lihat bayangan andre , yang senyum kepadaku , dan melambaikan tanggannya , dari situ , aku punya semangat kembali , dan aku pun tersenyum , bagi aku andre tuh pangeran dari surga ,beruntung nya aku pernah memiliki dia , terimakasih yaalah udah nyempetin ngasih anugrah terindah di hidup aku , yaitu kamu andre , aku harap kamu tenang yah disana , jagain andre buat aku ya , yaalah . tempatkan andre di tempat yang paling indah ðŸ™‚

    Dan akhirnya aku dan icha pun , seperti sahabat yang baru lahir , seperti bayi yang baru keluar dari perutnya , ini hidup baru , aku mau lebih baik di kehidupan ku ini , aku bisa tanpa kamu , aku percaya , masih ada sahabat ku yang menemaniku , dan kita pun berjanji kalo kita gakan berantem lagi Cuma karena cowo . masih banyak di dunia ini , untuk berbuat sesuatu yang lebih positive , jadi keep smiling indah , jalani hidup mu YANG BARU cukup itu duka yang terakhir ðŸ™‚

    “END”

    3. Novel Persahabatan – Rama Sahabatku

    Perkenalkan, namaku Chandra. Lengkapnya Galuh Ajeng Kalandiastri Chandra Kirana Sukrani. Namaku ini memang kedengarannya seperti cowo, tapi aku ini cewe. Memang aku ini agak tomboy, seperti namaku, tapi yang namanya cewe ya tetep cewe. Aku bersekolah di SMP Junjungan Langit dan aku mempunyai sahabat bernama Ramayana. Ia dan aku sudah bersahabat sejak TK karena kami selalu berada di satu sekolah dan kelas yang sama. Rumah kami juga berdekatan, tidak lebih dari 1 kompleks perumahan.
    Kami selalu bersama. Jika Rama ada, aku pasti ada bersamanya. Mungkin itu yang menyebabkan aku jadi agak tomboy, suka bermain bola yang merupakan kesenangan laki-laki. Menurutku, saat-saat seperti itulah yang paling menyenangkan, meskipun terkadang kami suka bertengkar. Tapi itu tidak berlangsung lama hingga berhari-hari. Tak lama kemudian, pasti salah satu dari kami akan mengalah dan meminta maaf. Ah, indahnya persahabatan ini…
    Namun, sejak memasuki SMP, tepatnya kelas 7, ada sesuatu yang berubah. Teman-teman kami mengejek kami pacaran. Aku berusaha mati-matian untuk menghindari ejekan itu. Tapi, semakin aku marah, semakin besar niat untuk mengejek kami. Akhirnya, aku dan Rama memutuskan untuk saling menjauh. Hal ini berlangsung lama, termasuk ejekan-ejekan yang semakin hilang itu. Aku dan Rama merasa sudah lebih baik, tapi aku merasa kehilangan teman terbaikku.
    Aku telah memiliki teman cewe, yang memang sepantasnya bagiku. Mereka adalah Mitha, Gilea, dan Karina. Sedangkan Rama, ia masih bersama klubnya AmBaRaWa yang terdiri dari Amarta Fajar (Fajar), Arjuna L. Bayu (Bayu), dan Indra Wahyudi (Wahyu). Sehingga dengan begitu, aku dan Rama tidak pernah lagi saling berkomunikasi, sekalipun kami satu kelompok belajar. Aku cukup bangga sebenarnya dengan kelompok cewe ini, mereka baik, pintar, dan sangat berguna jika aku yang kurang ini sekelompok dengan mereka. Memang rasanya berat jika harus pindah kelompok dari kelompok Rama ke kelompok ini. Tapi itu satu-satunya cara agar terbebas dari ejekan pacaran itu.
    Namun lama kelamaan, aku mulai bosan dengan mereka. Mereka tidak suka berkeringat dan capek. Justru mereka lebih suka menggosip, entah itu soal artis ngetren kayak Suju, SM*SH, Greyson Chance, JB, dll atau teman-teman di kelas. Menurutku, pembicaraan ini kedengaran tidak menyenangkan jika aku yang menjadi bahan pembicaraan itu. Akupun jadi kesepian, ingin sekali aku bermain bola atau kejar-kejaran seperti dulu. Tapi, rasanya tak mungkin itu akan terjadi lagi.
    Suatu siang yang panas sekali, saat jam istirahat di dekat lapangan, seperti biasa Mitha, Gilea, dan Karina menggosip lagi. Aku yang ada di samping mereka diam saja sambil mengunyah roticoklat dan kismis buatanku sendiri. Dulu, aku ingat sekali ini adalah makanan favorit aku dan Rama. Kami suka sekali saling berbagi makanan. Aku paling senang saat melihat gaya memakannya Rama yang lucu. Eh, jadi keingat masa dulu deh… Tiba-tiba saja suara Fajar yang keras membuyarkan lamunanku.
    “Gil, bagi minumnya donk,” kata Fajar sambil menghapus keringat di dahinya pada Gilea.
    “Tidak mau ! Kamu bau dan jorok ! Sana pergi !” sahut Gilea dengan kasarnya.
    Seketika itu juga, Fajar melirikku dan meminta minumku seperti katanya pada Gilea yang ada di sampingku.
    “Chan, boleh kan aku minta minum ?” ujarnya.
    “Ambillah, aku punya dua botol. Ini, kuberikan satu untukmu,”jawabku sambil menyerahkan sebotol Frestea dingin pada Fajar.
    Tepat saat itu Mitha, Gilea, dan Karina beranjak dari tempat duduk mereka dan merebut sebotol Frestea dingin yang hampir mau dipindahtangankan ke Fajar.
    “Kalian ! Itu kan buat Fajar ! Kok kalian gitu sih ?” teriakku.
    “Buat apa dikasih, ntar keenakkan ! Mending dia beli sendiri aja, memangnya ga punya duit ?” sahut Mitha.
    “Dasar Chandra, kamu tuh terlalu baik, kalo mau berbuat baik, mikir dulu donk buat siapa,” ejek Karina.
    “Atau… jangan-jangan… Chandra naksir Fajar ?” tembak Gilea.
    “Ciee… Chandra naksir Fajar…!” teriak Mitha, Gilea, dan Karina.
    Teriakan itu keras sekali hingga semua yang ada di sekitar lapangan itu mendengarnya, termasuk Rama yang saat itu sedang bermain bola. Sentak ia kaget dan menjatuhkanbola yang sedang berada dalam genggamannya.
    Aku telah berusaha mati-matian, lagi, di depan umum. Aku hampir menangis gara-gara hal besar yang terlihat sepele itu. Fajar betul-betul tak paham keadaan buruk yang menimpa diriku ini. Itu terbukti karena ia sangat marah melihat aku, temannya disakiti.
    “Hei, tukang gosip ! Braninya sama Chandra doing ! Apa kalian tidak piker apa yang telah ia rasakan ? Hah ?’ omelnya dengan nada tinggi.
    Hal itu justru menyayat hatiku semakin dalam, karena apa yang Fajar lakukan dapat menarik perhatian orang-orang, terutama guru-guru dan…
    Rama yang mendengar hal itu akhirnya menyagka-nyangka hal yang salah. Ia menduga memang benar ada hubungan antara aku dan Fajar, padahal sebenarnya bukan. Aku dan Fajar adalah sahabatnya sejak kecil, tapi kami telah menyakiti dirinya. Akhirnya, satu masalah itu membuahkan hal-hal yang sama sekali tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang terlibat.
    Pada hari esoknya, aku memilih untuk tidak masuk, meskipun ada ulangan Fisika hari ini. Aku tak tahan lagi dengan semua ini. Hatiku teriris-iris dan darahku mendidih… Ingin sekali aku bebas dari semua masalah ini. Pindah sekolah ? Ya ! Tapi tiba-tiba aku teringat sahabat karibku, yang dulu. Malam itu, aku menelponnya. Kutekan secara perlahan tombol-tombol angka di telpon rumahku. Lalu dengan gemetaran aku menekan tombol ‘panggil’ sambil berharap akan ada yang menjawabnya.
    C : “Halo, di sini Chandra. Bisakah saya berbicara dengan Rama ?”
    R : “Ya, saya sendiri. Apa kau ingin menanyakan PR dan pelajaran hari ini ?”
    C : “Ehm, kurang lebih begitu.”
    R : “Maaf, aku tidak bisa memberitahukannya.”
    C : “Ke…kenapaa…?”
    R : “Satu hal lagi, kita bukanlah sahabat seperti dulu lagi. Dan kau dulu ingin memutuskan persahabatan kita kan sewaktu kita diejek pacaran ? Ya, baiklah, kalau itu maumu. Selamat tinggal !”
    C : “Ta…tapi…”
    Sayang sekali telpon sudah ditutup tanpa menghilangkan tanda tanya dalam hatiku. Kenapa tiba-tiba Rama memutuskan persahabatan ini ? Aku teringat kejadian saat aku dan Rama memutuskan untuk saling menjauh.
    C : Rama, kau tau kan selama ini kita diejek terus ?
    R : “Ya, aku tahu benar.’
    C : “Aku tak tahan lagi dengan semuanya. Maafkan aku jika aku harus mengatakan sesuatu.”
    R : “Apa ?”
    C : “Sebaiknya mulai sekarang kita menjauh saja.”
    R : “Tidak, aku tak mau kehilangan sahabat sepertimu. Kumohon jangan.’
    C ; “Apa kau tak bisa rasakan sakitnya diejek terus ?Seandainya saja iya, seharusnya kau paham keadaan ini.’
    R : “Apa menurutmu dengan menjauh, semua masalah akan beres.’
    C : “Ya, menurutku, pasti.’
    R : “Ehm, baiklah kalau itu maumu, tapi aku berharap kau tidak memutuskan persahabatan ini ya…”
    Pertanyaannya yang terakhir taku jawab, karena saat itu perasaanku sedang random. Tapi,aku merasa tak pernah meminta untuk putus persahabatan. Atau… jangan-jangan soal kemarin ?
    Aku mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin. Mungkin, itukah yang membuat Rama memutuskan persahabatan ini ? Sesal tiada guna sekarang. Dan sia-sia jika harus menjelaskan pada orang seperti Rama. Dulu, aku juga susah sekali untuk bersahabat dengan Rama. Aku ingat sekali saat TK, dia itu musuhku yang menyebalkan. Ia suka menarik rambutku, menyengkay, dan menyembunyikan bukuku. Tapi itu masih lebih baik daripada sekarang. Sekarang ini aku diapit dua masalah yang amat besar !
    Pada hari berikutnya, dengan amat sangat terpaksa aku ke sekolah. Aku berencana untuk bolos, tapi takut ketinggalan pelajaran lagi. Di sekolah, lagi, ejekan yang bertubi-tubi datng menghujam hatiku. Kesabaranku bias habis. Tapi aku berusaha untuk mendiamkannya karena aku ingin melihat keadaan Rama. Di kelas, Rama mencuekiku seperti tidak kenal sama sekali. Kupikir, dia benci padaku dan Fajar. Oh Tuhan… bagaimana mungkin ini bisa terjadi ?
    Hari ini aku dan kelasku mengikuti pelajaran olahraga. Sekalipun ini menyenangkan bagiku, aku tetap tak dapat menyembunyikan perasaanku di wajahku. Pelajaran hari ini adalah lari. Itu adalah salah satu olahraga kesukaanku. Tapi yang kal ini beda. Aku harus melewati rintangan-rintangan lainnya juga. Awalnya aku bersemangat sekali hingga putaran ke 12. Butuh 8 putaran lagi untuk capai nilai sempurna, dan itu harus kujangkau. Sayang sekali di putaran-putaran selanjutnya aku sudah tak terlalu kuat. Tapi aku berniat untuk mencapai garis finish. Di putaran terakhir yaitu putara ke 20, murid yang tersisa tinggal aku dan Rama. Tepatnya, aku berada 10 meter di depannya. Tapi, napasku tak bersisa banyak, sehingga saat 5 meter lagi menuju finish, aku terjatuh dan pingsan. Akhirnya dengan mudah, Rama melewatiku. Tapi saat ia berada di depan garis finish, ia berbalik dan menopangku ke luar area lapangan.
    Beberapa menit kemudian, setelah aku siuman, teman-temanku “Si Penggosip” mengejekku, “Chandra playgirl, Chandra playgirl, baru beberapa hari saja sama Fajar ganti lagi sama Rama.”
    Spontan aku ingin menghajarnya, tapi tanganku yang akan mendarat di wajah mereka tertahan oleh Rama. Tentu saja aku, Mitha, Gilea, dan Karina kaget.
    “Ini yang terakhir kalinya aku memaafkan kalian. Ingat, sekali lagi kalian mengganggu sahabatku, akan kulaporkan kalian semua !” sambar Rama.
    Air mata meleleh di pipiku, bukan berarti aku sedih, namun aku terharu karena Rama kembali menyebutku sebagai sahabatnya. Ia menatapku sesaat.
    “Chandra, aku telah memikirkan baik-baik soal hubunganmu dengan Fajar. Seharusnya aku tidak emosi dulu ketika mendengar hal itu. Dan itu hanyalah masalah yang bukan sepantasnya untuk kita. Kalau memang ada perasaan padanya, aku akan merelakannya, tapi itu nanti, saat dewasa. Dan sekarang aku ingin meminta maaf karena berburuk sangka padamu. Aku begitu bodoh, sama seperti mereka. Jadilah sahabatku lagi dan kita lupakan semua masalah ini,” katanya sambil membungkuk di hadapanku. Sentak aku kaget dengan sikapnya yang terlalu terus terang di depan umum. Dengan segera, aku membangunkannya. Aku memaafkan semua yang terlibat, termasuk “Si Penggosip” itu.
    Akhirnya aku dan Rama menjadi sahabat kembali, tentunya bersama Fajar, Bayu, dan Wahyu. Dan sejak saat itu, entah mungkin karena kejadian ini, tidak ada lagi yang menggosipi aku jika aku bermain bersama sahabatku yang paling kukasihi. Lagipula, untuk apa sih mereka menggosipiku ? Ngefans ? Ah, dasar mimpi. Tapi persahabatanku dengan AmBaRaWa bukanlah mimpi. Apapun yang terjadi, aku yaitu G.A.K. Chandra Kirana S. dan I.G.K.Y.B. Ramayana A.D. akan selalu menjadi…

    ‘S A H A B A T’

    4. Novel Persahabatan – A Gift

    Friendship is everything
    But love is a gift

    Bandung, Februari 2001

    Sore itu cuaca tidak cerah mengingat saat ini mendung gelap menggantung, menyembunyikan matahari yang seharusnya masih berdiri gagah di cakrawala sebelah barat dan mengubah langit sore itu menjadi warna jingga yang sangat indah. Kedua sosok berseragam putih biru itu masih bergelut di tengah jalan mengabaikan suhu yang membuat siapapun akan menggigil kedinginan, seharusnya laki-laki yang mengolah sepedanya itu mempercepat olahan pedalnya agar mereka segera sampai rumah kemudian bisa menghabiskan sore dengan tidur ditemani gundukan selimut yang tebal dan secangkir coklat hangat.
    Reza Pratama mengolah pedal sepedanya lebih kuat, “Cinta, kamu pegangan aku yang kuat ya. Sebentar lagi hujan, kalau kita nggak cepet-cepet nanti bisa kehujanan.”
    Gadis yang bernama Cinta itu membonceng Reza dibelakang mengangguk kecil, “Iya, Za !!” jawabnya setengah berteriak.
    Cinta menundukan kepalanya, berlindung dibalik punggung Reza ketika terpaan angin terasa membuat bulu kuduknya meremang, tidak lama kemudian rintikan gerimis sudah mulai turun perlahan membasahi daratan aspal menjadi berwarna lebih gelap.
    Cinta merapatkan jaketnya sesaat rintikan gerimis mulai berubah menjadi hujan, “Za, kita berteduh dulu yuk ! Hujannya bakalan tambah deres deh. Itu ada warung, kita bisa beli makanan dulu sekalian nunggu hujanya reda.” kata Cinta, dia berteriak dan berharap suaranya cukup didengar oleh telinga Reza, karena bunyi deruan angin dan rintikan hujan menimbulkan suara yang cukup berisik.
    Reza tidak menjawab tetapi telinganya berhasil menangkap apa yang diteriakan Cinta, dia membelokan sepedanya kearah warung dengan teras luas kemudian duduk di salah satu kursi kayu yang berjajar. Suasana warung itu tidak ramai hanya ada beberapa orang yang kelihatannya tampak sedang berteduh juga ditemani dengan segelas minuman yang terlihat mengepulkan asap kecil dari cangkirnya.
    Cinta melepaskan jaketnya dan menggosok kedua telapak tangannya, dia tersenyum kepada sosok ibu yang berdiri menghampiri mereka dengan senyum ramah, “Bu, kita pesen teh anget dua sama mi rebus ya.”
    Ibu itu mengangguk kemudian berbalik dan meninggalkan Reza dan Cinta.
    “Kamu ngabarin ibu kamu dulu Cint, nanti tante Lena nyariin kamu.” Kata Reza, dengan suara yang terdengar menasihati. Laki-laki ini adalah sahabat Cinta, mereka sudah bersahabat sejak kelas 4 SD.
    Reza Pratama adalah satu-satunya laki-laki yang dapat mengerti Cinta. Empat tahun bersama gadis itu dengan secara otomatis membuat memorinya menyimpan dan menghafal setiap hal dan segala sesuatu yang tidak disukai dan disukai Cinta. Reza selalu menyukai kebersamaannya bersama sahabat perempuannya itu. Merasa sangat tenang dan dia tidak tahu apa ada definisi lain selain kata bahagia untuk menggambarkan saat-saat ia bersama Cinta.
    “Udah kok Za.” Jawab Cinta, dia melipat tangannya di atas meja dan merubah posisi duduknya sedikit bergeser, “Eh kamu tahu nggak kemarin Rendy nembak aku.”
    Reza memutar wajahnya, “Beneran ? terus gimana ? Kalian jadian ?”tanya Reza tidak dapat menutupi rasa kagetnya. Ini adalah kali keempat Reza mendengar pernyataan yang sama dari Cinta. Sejak tahun kedua mereka masuk SMP ntah sudah ada berapa laki-laki yang menembak sahabatnya itu.
    Cinta yang tinggi, berkulit putih, memiliki mata bening dengan warna kornea hitam legam, rambutnya senada dengan warna bola matanya, lurus panjang sepunggung dengan ikal-ikal dibagian bawahnya, bukan hanya ini, Cinta juga memiliki otak yang cerdas, beberapa bulan yang lalu ia baru saja menjuarai lomba debat Bahasa Inggris antar SMP di Bandung, semua yang ada pada gadis ini memiliki nilai tambah dimata teman-teman laki-laki dan para kakak kelasnya. Pembawaannya yang ramah, dan ceplas-ceplos membuatnya dikagumi oleh banyak teman-temannya. Gadis ini bukan tipe gadis yang feminim, bahkan bisa dikatakan cuek tidak terlalu mementingkan pakaian yang ia kenakan, baju kaos dan celana jins adalah pakaian kesukaannya. Simpel.
    “Menurut kamu Rendy gimana Za, dia kan temen basket kamu ?”
    Reza menghela napasnya, da tersenyum tipis. “Dia baik, pinter juga, tapi.. kalo masalah keren sama cakep ya cakepan aku donk..”
    Cinta terkekeh, dia mengibaskan tangannya di depan wajah, “Alah kamu. Dasar narsis banget sih !”
    Reza tertawa, “Kamu suka nggak sama dia Cint ?” tanya Reza, kali ini suara laki-laki itu terdengar cukup serius dan tenang.
    Cinta berdehem pelan, dia baru saja hendak memberikan argumennya tetapi sang ibu datang mengantarkan pesanannya. Cinta mengucapkan terimakasih sebelum ibu itu berlalu, dia mengaduk teh hangatnya dan menyeruputnya sedikit.
    “Aku…” suara Cinta terhenti menggantung. Ada sedikit keraguan saat ia hendak melanjutkannya. “Aku nggak tahu Za, kamu kan tahu sendiri selama ini banyak yang nembak aku tapi selalu aku tolak. Pacaran itu emang buat apasih. Kayanya gak penting juga kan. Umur aku juga baru mau empat belas tahun. Apa kata mama aku coba nanti, kecil-kecil udah pacaran. Dan aku lihat si Tika yang seminggu kemarin baru jadian sama Bagas eh kemarin udah putus dan dia nangis-nangis gitu. Ck, kurang kerjaan banget kan ?”
    Reza tertawa kecil, “Hahaha kamu tuh ya Cint, yang nembak kamu itu orangnya keren-keren. Si Tomi ketua osis, Amir kepten sepak bola SMP kita, Damar juara lomba matematika dan terakhir ini, Rendy anak basket. Apa coba yang kurang dari mereka ? Eh.. kamunya malah nolak mereka semua.”
    Cinta mengunyah mi nya, dia ikut tertawa. “Reza sahabatku yang paling cakep sedunia, aku masih kecil belum mau pacaran ! Pedekate, tembak, jadian, manis-manisan gitu, kemana-mana mesti beruda besoknya tiba-tiba cemburu, berantem, putus deh ! Pacaran itu cuma buang-buang energi tahu Za !”
    Reza mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju dengan argumen Cinta. Ada rasa tenang yang selalu dirasakan Reza setelah kekagetannya berangsur menghilang, dia tidak tahu ketenangan untuk apa. Hanya saja Reza saat ini merasa ingin tersenyum lebar, “Bagus deh Cint, tunggu nanti dewasaan dikit ya.”

    *****

    Bandung, Oktober 2001

    Reza memberikan bungkus kardus berwarna putih dengan pita warna biru diatasnya kepada Cinta. Bibir laki-laki itu tertarik keatas membentuk senyuman sempurna yang membuatnya terlihat sangat tampan. Dengan kemeja warna biru laut yang lengannya digulung keatas sampai batas siku, rambut kecoklatan Reza yang ditata asal dan celana jeans hitam dipadu dengan sneaker putihnya membungkus laki-laki jangkung itu dengan sangat pas.
    “Selamat ulang tahun ya Cint.” Ucap Reza dengan suara yang ceria, dia mengacak rambut Cinta dan terkekeh geli saat melihat gadis itu menggembungkan pipinya kesal.
    “Aduh Za, jangan ngacak-ngacak rambut aku donk ! Aish kamu itu ya !” protes Cinta tanpa ada nada marah disuaranya. Gadis itu sudah terbiasa dengan perlakuan Reza yang selalu seenaknya saja, dan ntahlah sepertinya Cinta juga belum pernah memarahi sahabatnya itu. “Ngomong-ngomong apa ini Za ? Kamu tuh ya ngapain pake ngado-ngado gini sih ?!! Aku kan bukan anak kecil lagi ?!”
    “Oh jadi sekarang sahabat aku ini udah gede ya ??” goda Reza seraya mencolek hidung Cinta, dia menggunakan nada mengejeknya yang membuat pipi Cinta bersemu merah.
    “Idih apaan sih kamu Za !” Cinta memukul pundak Reza pelan, dia bisa merasakan pipinya terasa memanas. Cinta tidak tahu apa gerangan yang menimpanya. Terkadang sentuhan kecil Reza memang membuatnya salah tingkah, jantungnya berdegup kencang, dan aliran darahnya berdesir cepat.
    Reza tertawa lagi.
    “Terus ketawa mulu aja kamu ! Puas banget ya jadiin aku bahan ejekan gitu !” Cinta mengerucutkan bibirnya dan berjalan mendahuli Reza, dia duduk di ayunan taman depan rumahnya. Cinta menghela napasnya lega, dia mendongakan wajahnya keatas dan memandang langit yang menggelap. Tidak banyak bintang yang ada di langit malam itu, hanya saja Cinta merasa jauh lebih tenang malam ini.
    “Za, boleh aku buka nggak ?” ujar Cinta, dia mengangkat bungkusan kecil itu dan mengangkat alisnya sebelah.
    Reza mengangguk kecil dan berjalan duduk disebelah sisi kosong sebelah Cinta.
    “Ya ampun Za. I..ini..” Cinta terbata. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, kado yang diberikan Reza adalah sebuah buku berjudul ‘Memotret dengan Kamera Lubang Jarum’ dimana buku ini cukup sulit untuk didapatkan. Cinta bahkan sudah memasuki semua toko buku yang ada di Bandung tapi dia sama sekali tidak mendapatkan buku itu. Gadis itu memang memiliki hobi memotret. Bagi Cinta foto itu adalah kenangan dalam bentuk kongkrit.
    Menahan suatu peristiwa saat ini dalam sebuah kertas untuk masa mendatang.
    Cinta sudah bercita-cita sejak kecil ingin menjadi fotografer terkenal.
    Kedua bola mata hitam itu berkaca-kaca.
    Reza menyipitkan matanya saat menangkap setetes bening itu keluar dari sudut mata Cinta yang jatuh dengan sangat cepat, “Hei kok nangis sih Cint ? Ih jangan nangis donk ! Tuh kan muka kamu jelek banget kalo mau nangis gitu ! Cinta itu nggak pantes nangis !”
    Cinta mengelap sudut matanya, dia terlihat mengatur napasnya sebentar. “Nggak nangis ! Ih siapa juga yang nangis !” elaknya kemudian berusaha tertawa.
    “Bagusdeh ! Yaudah mendingan traktir aku yuk, laper nih !” Reza menepuk-nepuk perutnya dan tersenyum lebar.
    “Huu dasar ! Ada maunya deh !”
    Mereka berdua kemudian beranjak dari sana, berjalan bersebelahan, sesekali Cinta mendongak mengecek apakah bintang di langit sudah bertambah atau masih tetap seperti yang tadi dilihatnya. Bibirnya merekah sesaat menangkap langit diatasnya sudah terhampar milyaran bintang yang berpendar terang berkelap-kelip sangat cantik.
    “Za ?” panggil Cinta pelan.
    “Hmm ?”
    “Ulang tahun kamu nanti mau kado apa ?”
    Reza mengerutkan alisnya, dia menoleh melihat wajah Cinta sekilas memastikan ekspresi gadis itu tetapi dua detik kemudian Reza mengalihkan pandangan matanya mencari objek lain. Reza menghirup napasnya panjang dan dihelanya perlahan. Dia tersenyum kecil, matanya terpejam sebentar, “Aku cuma minta kamu selalu ada disetiap tahun saat aku ulang tahun. Sederhana kan ?”

    *****

    Bandung, April 2003

    Putra menggenggam tangan Cinta erat saat merasakan bobot dipundaknya. “Cinta aku sayang banget sama kamu.”
    Cinta menggumam pelan, “Aku juga Put, kamu janji ya kita akan sama-sama terus. Kamu kan udah buat aku suka sama kamu, kita juga udah ngejalanin ini selama satu tahun, jadi kamu harus tanggung jawab dan nerima konsekuensinya !”
    Putra mengernyit. “Konsekuensi ? Apa ?” nada suaranya meninggi.
    Cinta terkekeh dan mengacak rambut Putra, dia mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius, “Kamu nggak boleh ninggalin aku !”

    *****

    Bandung, Desember 2003

    “Za, minggu depan aku dua tahun sama Putra. Seneng banget deh.”
    “Oh ? Wah nggak nyangka ! Cepet banget ya ! Aku seneng dia nggak pernah nyakitin kamu Cint.”
    Cinta tersenyum. “Kamu cepetan donk cari pacar, biar kita bisa double date. Banyak banget tahu nggak cewek yang suka sama kamu di sekolahan Za ! Kamu cakep, ketua osis, jago basket, siapa juga yang nggak terpesona sama cowok kayak kamu !”
    Reza tertawa, tawanya bukan tawa yang lepas, sebuah tawa yang terdengar mentertawakan dirinya sendiri. Ia juga tidak mengetahui kenapa ia harus mengeluarkan jenis tawa seperti itu.
    “Za ? Kamu denger aku kan ? Kok bengong gitu sih ? Ada masalah ? Ada cewek yang lagi kamu suka ? Ayo kasih tahu ke aku nanti aku bantuin deh. Kita kan udah gede, nggak apa-apalah pacaran.Cinta itu ngebuat hidup kita jadi rame.”
    Helaan napas berat keluar dari rongga hidung Reza, “Nggak.. nggak ada kok Cint. Udahan dulu ya teleponannya, belajar gih bentar lagi ujian kan kita ?”

    ******

    Bandung, Februari 2004

    Putra mendekatkan wajahnya kearah Cinta dengan gerakan perlahan, nyaris beberapa centi lagi bibirnya menempel diatas bibir kecil milik Cinta jika saja sebuah tamparan tidak mendarat di pipinya dengan cepat.
    “Aw !”
    Napas Cinta memburu cepat, “Kamu apa-apaan sih Put ?” nada suaranya meninggi tanda emosi.
    Mata Reza memerah, dia memegangi pipinya yang panas dan berkedut. “Aku mau minta ciuman dari kamu ! Kita kan udah dua tahun lebih pacaran Cint, masa kamu nggak pernah ngasih aku apa-apa ?”
    Tamparan panas memecut hatinya. “Kamu kira aku cewek murahan hah ? Kita itu baru pacaran ! Enak aja main cium-cium ! Jaga sikap kamu ya Put !”
    Emosi Putra terpancing, seperti sebuah tamparan yang kembali mendarat di pipinya. Dia mengangkat dagunya tinggi. “Jadi kamu bukan cewek murahan ? Cih, muna banget kamu Cint ! Si Reza main di rumah kamu sampe malem itu ngapain aja ? Sedangkan aku paling mentok ke rumah kamu juga nyampe setengah sembilan ! Yang pacar kamu itu aku apa si Reza hah ?”
    PLAK !
    Tangan Cinta berkedut panas, dada gadis itu bergerak naik turun. “Jaga omongan kamu ya Put ! Reza itu sahabat aku dari kita SD ! Mama aku juga udah percaya sama dia dan tolong banget jangan nyeret-nyeret nama dia disini !”
    “Lihat ! Kamu belain aja dia ! Selama ini aku pacaran minta ciuman itu bukan hal yang susah ! Dan baru kali ini cewek yang pernah aku pacarin belum bisa aku dapetin ciumannya !”
    Cinta mendengus, “Fine, mulai sekarang kamu nggak perlu nganggep aku pernah jadi cewek kamu Put ! Jijik aku sama kamu jadinya ! Nyesel banget selama ini ngebuang waktu sia-sia sama cowok nggak tau etika macem kamu !”

    ******

    Bandung, Maret 2005

    “Cint ayo makan donk, nanti kamu sakit. Mau sampe kapan kayak gini hmm ? Kamu nggak kasian mama sama papa kamu ? Kamu nggak kasihan sama aku ?”
    “Cint, buka donk mulutnya, makan yuk dikit aja deh ! Ah nggak seru banget masa Cinta yang doyan makan jadi gini sih ! Aku kangen Cinta yang dulu..”
    “Bulan depan kita ujian Cint, move on ! Survive ! Hidup kita masih panjang. Kalau kayak gini kamu itu cuma ngebuang waktu !”
    Cinta menghela napasnya, dia menyibakan selimutnya, sudah hampir satu bulan gadis itu mengurung diri di kamarnya, menjadi lebih pendiam, tidak nafsu makan dan menutup diri. Ia menyandarkan tubuhnya di pada besi pembatas di balkon kamarnya. Tubuhnya condong ke depan, matanya terpejam bersamaan, terlihat sedang menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Banyak hal yang terjadi selama ini. Banyak hal yang berubah dan berganti. Tapi dia sadar satu yang tidak pernah beranjak dan berpindah tempat sedikitpun. Sosok itu. Sosok yang selalu ada sembilan tahun dalam hidupnya. Menemaninya tertawa. Menjadi telinganya. Menampung semua keluhannya. Tidak pernah membuatnya menderita sakit seperti ini.
    Reza bediri ikut terhanyut dalam diamnya. Bagi laki-laki itu tawa dan kebahagian Cintalah yang paling utama. Ia bahkan rela bertahun-tahun menekan perasaannya sendiri. Selalu mengatakan semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya, selalu berusaha berfikir realistis. Walau terkadang ketika ia merasa ingin menangis kenyataan bahkan menuntutnya harus tertawa, Reza selalu menjadi manusia paling bodoh sedunia jika sedang berada di samping gadis itu. Tapi dia tidak pernah peduli. Bertahan pada kenyataan bahwa ia masih bisa melihat gadis itu dalam penglihatan matanya, karena Reza sadar, dia tidak perlu mengatakan perasaannya dengan gamblang, dia juga tidak mau menuntut apapun dari Cinta. Hanya sahabat dan mungkin tidak akan pernah berubah. Dan jika harus berubah Reza terlalu takut jika suatu saat nanti harus dihadapkan pada kenyataan seperti yang dialami Cinta dengan Putra. Menjadi seorang mantan yang dibenci.
    Kemudian dia harus kehilangan gadis itu, tidak ! Ini terlalu mengerikan ! Lebih baik dia berkorban sedikit saja. Dia tidak mau menjadi mantan sahabat sekaligus mantan pacar. Terlalu idiot kedengarannya !
    Cinta cukup hadir dan ada maka semuanya sudah sangat cukup untuk Reza.
    “Iya Za, thanks banget ya selama ini, kamu emang sahabat banget.”
    Reza tersenyum lega. Sangat lega akhirnya bisa mendengar suara Cinta.
    “Andai aku bisa punya cowok yang bisa ngertiin aku kayak kamu Za..”

    ******

    Bandara Ngurah Rai, Juli 2005

    “Kejar cita-cita kamu ya Cint, jaga diri baik-baik disana, inget makan, istirahat yang cukup, jangan lupa sempetin ngontact sahabat kamu ini ! Dan kalau kecantol bule, pilih-pilih bulenya jangan asal comot aja !” Reza mengacak rambut Cinta, kemudian mereka tertawa bersama.
    Setelah kelulusan, Cinta memutuskan kuliah di Jepang, Reza juga sudah mengetahui cita-cita gadis itu untuk bisa kuliah disana. Meski berat, ia tahu saat melepas gadis itu akan tiba. Reza masih menyimpannya dengan sangat baik. Tertawa, meledek, menjahili, seperti biasa. Laki-laki yang sudah beranjak dewasa itu tahu betapa semakin sesaknya rasa yang ia endapkan dan sudah berkarang di dalam hatinya. Seiring kedewasaannya lah Reza semakin terbiasa dengan rasa sakit dan perih yang saat ini sedang menohoknya. Selama ini yang paling penting ia bisa melihat gadis itu. Tapi kenyataan yang ada di depan matanya, hanya menunggu beberapa menit lagi ia tidak akan bisa melihat gadis itu entah berapa lamanya. Reza menghibur diri lagi, tidak bisa melihat wajahnya, mendengar suaranya dan mengetahui gadis itu baik-baik saja sudah lebih baik dari apapun. Iya menegakan wajahnya dan hatinya sesaat mendengar suara pemberitahuan agar penumpang dengan tujuan Jepang segera memasuki ruang keberangkatan.
    “Masuk sana ! Ntar ketinggalan pesawat loh !” Reza mendorong tubuh Cinta dan berusaha tertawa.
    Cinta menarik napasnya, “Za, nggak ada yang pengen kamu omongin ?” dia menatap Reza dalam-dalam berusaha mencari sesuatu tapi sia-sia yang dicarinya tetap tidak terlihat disana.
    “Oh iya ada !” serunya dengan mata membulat.
    Cinta menunggu,”Apa ?” ucapnya dengan suara terbata dan tidak sabar.
    Reza maju mendekat, “Boleh aku peluk kamu Cint ?”
    Tanpa pikit panjang Cinta berhambur dan melingkarkan tangannya di leher Reza. Tetesan bening itu terus keluar membasahi kaos bagian pundak Reza.
    Satu menit berlalu, Reza melepaskan tubuhnya dan menghela napasnya panjang.
    “Udah dibilang jangan nangis ! Jelek tahu kalo nangis !” ucapnya dengan nada mengeluh yang terdengar pura-pura kesal. Reza terkekeh pelan dan menyentil hidung Cinta pelan.
    Cinta berbalik dan terus berjalan. Yang diharapkannya tidak terjadi dan dia berhenti berharap. Mungkin anggapannya selama ini salah. Tidak pernah seperti yang diimajinasikannya. Cinta menghilang dan hati Reza serasa disentakan separuhnya. Ada kosong yang menganga disana.
    “Kalau tiba saatnya, dan kalau Tuhan mengizinkan.. Suatu saat nanti.”

    ******

    Bandung, Juli 2012

    “Reza..”
    Reza menghentikan aktivitasnya, jarinya mengambang di udara lengkap dengan pena yang seharusnya digoreskan keatas kertas putih diatas mejanya itu. Sistem kerja tubuhnya mendadak lumpuh ketika telinganya mendengar suara itu. Sudah lima tahun berlalu, ia jelas masih mengingat siapa pemilik suara itu. Hanya saja masih terlalu ragu untuk memastikan bahwa hal itu bukan halusinasinya saja. Reza memejamkan matanya berusaha mengembalikan fokusnya.
    “Za..” suara itu kembali terdengar, kali ini dengan suara yang jelas.
    Reza terperanjat saat menyaksikan sosok itu berdiri di depan meja kerjanya.
    Dia mengerjap seolah masih tidak percaya dengan penglihatannya. “C…cin..cinta ?”
    Gadis itu tersenyum, “Hai.. apa kabar ?”
    Reza tanpa pikir panjang memutari mejanya dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya masih memastikan bahwa ia benar-benar tidak bermimpi.
    “Aku pulang Za..” bisik Cinta lirih di telinga Reza. Ntah sejak kapan air matanya sudah membasahi jas milik Reza.
    Reza membiarkan posisi itu selama beberapa saat. Merasakan kehangatan dan kelegaan menyusupi rongga dadanya. Ia tahu bahwa sekarang semuanya sudah terasa benar dan utuh.
    Reza melepaskan pelukannya, dia mematut wajah sahabatnya itu, ada senyuman di bibir Reza. “Kamu sehat.. aku seneng banget lihatnya.” Ucapnya tulus.
    “Hei gimana ada bule yang buat kamu naksir nggak ?” Reza mengajak Cinta duduk di sofa yang terletak di sudut ruang kerjanya.
    Cinta mendecak dan memukul pelan kepala Reza, “Masih aja suka nggodain aku ya ! Udah gede kita Za, dasar !” ia tertawa.
    Reza berdehem, ia mungkin tidak tahu apa ini saat yang tepat atau bukan. Tapi jauh dalam hatinya dia sudah berjanji pada dirinya sendiri. “Udah gede ya kita ? Cint. Aku nggak tahu ini saat yang tepat atau bukan, tapi aku udah janji sama diri aku sendiri jika Tuhan ngizinin, untuk yang pertama dan aku harap bisa jadi yang terakhir dalam hidup aku ngucapin kata ini ke cewek.” Pelan, Reza menghela napasnya. “Aku sayang kamu Cint, lebih dari sahabat.. Kamu mau jadi….?”
    “Pacar ?” Cinta menyela, dia tidak bisa menutupi gemuruh dalam dadanya yang terasa nyaris meldak.
    Reza terkekeh, dia menggeleng, “Bukan, emang kamu kira kita masih ABG lagi apa !”
    “Terus ?”
    “Jadi temen tua aku.. Ngabisin sisa umur kita dalam satu atap, jadi pemilik masa depan aku.. satu-satunya perempuan yang bakalan aku lihat saat aku buka mata di pagi hari, dan jadi yang terakhir saat malem menjelma.. jadi ibu anak-anak aku, jadi sahabat dan pacar yang nggak pernah ada kata mantan.”
    Cinta tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak punya alasan untuk menolak dan berkata tidak. Ia tahu satu hal, hanya laki-laki seperti Reza Pratama lah yang ingin ia serahi masa depannya, menjadi satu-satunya laki-laki yang akan ditatapnya sepanjang hidupnya. Pelan cinta mengangguk.
    Reza memeluk Cinta, gadis itu membenamkan wajahnya di pundaknya, tempat paling nyaman yang baru ia sadari itu ternyata selama ini sangat dekat. Cinta berbisik lirih tepat di telinga Reza, “Persahabatan kita itu segalanya Za, dan cinta.. ini adalah hadiah paling indah dari Tuhan.”

    -Selesai-

    5. Novel Persahabatan – 4 Serangkai

    Disuatu ketika, disebuah sekolah SMP yang indah nan megah, tahun ajaran baru dimulai, banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk bersekolah disekolah tersebut. Beberapa hari setelah pendaftaran waktu mospun dimulai, disebuah gugus depertemukanlah mereka, mereka adalah Lucy, Reno, Rahmad, dan Danu. Lucy adalah sesosok wanita yang cantik nan pintar, dan hampir seluruh lelaki disekolahnya menyukainya, Reno adalah seorang anak pejabat,dia juga trendy dan dia sedikit sombong, Rahmad adalah seorang anak desa yang hijrah dari desanya untuk pergi kekota karena mendapat beasiswa dan dia tergolong murid yang pintar, sedangkan Danu adalah seorang kapten basket dan ketua osis,dia adalah anak yang paling aktif disekolahnya. Pada awalnya mereka hanya biasa-biasa saja, namun sejak mereka duduk berdekatan mereka semakin dan bersahabat,mereka selalu melakukan apapun bersama. Dari belajar, berangkat dan pulang sekolah, hingga jalan-jalanpun mereka bersama.

    Pada suatu saat Rahmad tidak masuk kesekolah, entah apa yang terjadi, Lucy, Reno, dan Danu sangat khawatir dengan Rahmad, bahkan mereka hamper kerumah Rahmad untuk melihat apa yang terjadi, namun Reno melarangnya, karena menurutnya dia tidak kenapa-napa. 1 minggu berlalu,namun Rahmad tak kunjung masuk. Lucy dan Danu semakin khawatir dengan Rahmad, sedangkan Reno hanya tenang-tenang saja, kemudian Lucy memarahi Reno karena Reno tak memikirkan Rahmad sama sekali, Mereka beradu mulut, dan semakin lama semakin hebat pertengkaran mereka, “Sudahhhhh” Danu berteriak dengan kencang, dan mereka berdua langsung diam sekejap, “Sekarang bagaimana bila kita ke rumah Rahmad saja?” Lanjut Danu, “Baiklah, apa kamu setuju Reno?” kata Lucy dengan nada sedikit marah, “Baiklah mau bagaimana lagi, dia kan juga sahabatku” ucap Reno dengan tersenyum. Merekapun langsung berangkat kerumah Rahmad menggunakan sepeda mereka. Setelah sampai disana, apa yang terjadi, dari luar mereka melihat Rahmad terbaring lemah disebuah kasur yang lapuk dengan muka yang begitu pucat. Spontan, Lucy, Reno dan Danu langsung menjatuhkan dan meninggalkan sepeda mereka dipinggir jalan, Lucy menangis dan bertanya-tanya “Apa yang terjadi padamu Rahmad?”, dia bertanya berkali-kali kepada Rahmad, namun Rahmad hanya menjawab dengan senyuman. Reno dan Danu pun ikut menangis, mereka bertiga menangis disamping rahmad yang hanya tersenyum sedari tadi. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu “Assalamualaikum, Rahmad!” “Waalaikumsalam”, ternyata itu adalah Ibu Tati ibunya Rahmad, “Ada apa kalian kemari, dan kenapa kalian menangis?” tanya Ibu kepada Reno,Lucy dan Danu, namun mereka tak menjawab dan mereka meneruskan tangisan mereka .“Bu, Rahmad kenapa, kenapa bu? Ada apa dengannya?” tiba-tiba Lucy bertanya dengan keadaan panik dan menangis tak henti-hentinya, “Ehm, bagaimana ibu mengatakannya kepada kalian semua?” “Memangnya Rahmad sakit apa bu?” Tanya Reno dengan gelisah “Ehm, Rahmad menderita penyakit Anemia,ibu tidak bisa membawanya kedokter,karena tidak ada biaya!”,”Anemia bu?” Lucy, Reno dan Danu tersentak kaget.

    Tiba-tiba Rahmad pingsan, “Rahmad kamu kenapa?” Lucy kaget, “Sebaiknya kita bawa dia kerumah sakit saja!” Ajak Danu. Sesampainya dirumah sakit Lucy,Danu,Reno dan Ibu Tati menunggu Rahmad yang diperiksa dengan sangat gelisah dan Ibu Tati tak henti-hentinya menangis. Setelah menunggu kira-kira 30 menit lamanya, dokterpun keluar dari ruangan tempat Rahmad diperiksa tadi, “Dok,ada apa dengan sahabat saya dok,ada apa?” tanya Lucy dengan paniknya, “Dia sangat lemah,darahnya sangat sedikit,kita harus segera mencarikan donor darah untuknya!” “Apa golongan darahnya dok?” tanya Reno dengan bimbang “A-“ “A-, itukan termasuk golongan darah yang langka!” Kata Danu dengan amat kaget, “Bagaimana kita mendapatkannya?” tanya Lucy kepada kedua sahabatnya, “Kita tanya Bu Tati dulu!” jawab Danu singkat, “Bu, apa golongan ibu A-?” “Saya tidak bisa menolong anak saya sendiri, golongan darah saya A+”, “Bagaimana ini?” kata Lucy kepada Danu dan Reno, Danu mengatakan sesuatu “Tunggu, aku ingat sesuatu, aku pernah melihat sebuah Kartu Pelajar dan disitu tercantum golongan darah A-! Iya Reno!” “Apa aku, kenapa aku?” “Reno….” bentak Lucy kepada Reno “Baiklah aku mengaku, bahwa golongan darahku A-“ “Reno, apa kamu mau mendonorkannya untuk Rahmad, sahabat kita!” tanya Lucy dengan amat memelas kepada Reno, Reno sempat menolak tapi akhirnya dia pun mau untuk mendonorkan darahnya kepada Rahmad, Sahabatnya. Sesaat Lucy telah memanggil dokter untuk melakukan pengambilan darah, dokter menyuruh Reno masuk kedalam ruangan, dokter menyuruh Reno untuk tidur di tempat tidur yang ada diruangan tersebut, “Lemaskan tangannya ya dek!” suruh dokter kepada Reno, setelah itu dokter menusukkan jarum yang menyambung dengan selang serta kantung darah ke tangan Reno. 15 menit kemudia pengambilan darah selesai, Reno dan dokter keluar dari ruangan lalu dokter masuk kamar Rahmad untuk segeran melakukan transplatasi darah, beberapa saat transplatasi selesai, dan Rahmad masih tak kunjung bangun, Lucy, Reno dan Danupun langsung pulang dari rumah sakit, karena hari sudah beranjak sore. 1 1/5 minggu Rahmad tak kunjung bangun dari komanya, setiap hari Reno, Lucy dan Danu selalu kesana untuk melihat keadaan Rahmad dan dengan harapan yang begitu besar agar Rahmad bisa terbangun dari komanya. Hari ini adalah hari minggu dan mereka pergi kerumah sakit lebih awal, sesampainya dikamar Rahmad ternyata tidak ada siapapun kecuali Rahmad sendiri, mereka berfikir mungkin bu Tati pulang untuk mengambil barang yang ia perlukan. Mereka duduk disamping Rahmad yang sedang koma, tiba-tiba kejadian yang mereka harapkan terwujud, tangan Rahmad bergerak dan beberapa saat setelah itu Rahmad membuka matanya, “Ak…aku ada dimana?” tanya Rahmad dengan agak gagap “Kamu ada dirumah sakit kawan, dulu waktu kita kerumahmu, kau pingsan dan kami membawamu kesini!” jawab Lucy dengan tangisan bahagia “Berapa lama aku disini?” “2 minggu” jawab Reno “Lama sekali, apa yang aku lakukan selama 2 minggu itu?” “Kau koma” “Ehm, ada yang aneh didalam diriku, kenapa aku sekarang tidak lemas lagi?, siapa yang mendonorkan darahnya untukku” “Sobat sebagian dari tubuhku ada apa dirimu!” Reno menjawab dengan tersenyum “Ren..Reno…ap..apa..apakah kamu? Aku sungguh berterima kasih kepadamu Reno” Rahmad pun langsung memeluk Reno, dan Lucy serta Danu ikut memeluk mereka berdua. Setelah Rahmad sehat, semua berlangsung seperti biasa, Reno semakin sayang kepada Rahmad, dan mereka berempat saling menyayangi satu sama lain.

    2 tahun berlalu, tak disangka mereka telah menginjak kelas 9, mereka semakin rajin dan giat belajar, Rahmad selalu mengajarkan kemampuannya dalam pelajaran kepada sahabat-sahabatnya, setiap hari mereka melakukan kegiatan belajar bersama kerumah Reno, mereka pergi kesana menggunakan mobil Reno yang dia bawa kesekolah sejak kelas 9, mobil itu dari ayah Reno karena sewaktu kenaikan Reno mendapatkan Ranking 4, sungguh bangga ayah Reno karena anaknya menjadi seorang yang semakin pinar, rajin dan cerdas. Hari ini sekolah pulang lebih awal, karena guru sedang ada rapat Ujian Nasional, Lucy, Reno, Rahmad, dan Danu langsung ke parkir sekolah untuk mengambil mobil mewah milik Reno, mereka berempat segera naik dan keluar dari sekolah menuju rumah Reno, tiba-tiba ditengah jalan mobil Reno mogok “Ada apa ini, dasar mobil!” ucap Reno dengan amat kesal “Ada apa memangnya Reno?” tanya Danu “Biasalah mogok,sebentar ya aku cek dulu!” “Baiklah Reno”, tak berapa lama Reno selesai mengecek “Tidak ada yang rusak pada mesin, besin juga masih banyak. Ehm, teman-teman?” “Ada apa Reno?” jawab Lucy,Rahmad dan Danu serentak “Begini, apakah kalian mau mendorong mobil ini?” Reno berkata dengan meringis “Gitu aja kok, tenang aja, aku, Lucy dan Rahmad pasti bisa!” saut Danu “Iya dong” jawab Lucy dan Rahmad, kemudian mereka bertiga pun kebelakang mobil untuk mendorong, tak berapa lama kemudia mobil kembali menyala dan semuanya masuk kedalam mobil, mereka melanjutkan perjalanannya ke rumah Reno.

    Hari yang menegangkan telah tiba, yaitu Ujian Nasional, 4 hari berlalu, Ujian Nasional telah selesai dan para murid harus menunggu sesuatu yang lebih menegangkan lagi, yaitu hasil dari usaha dan kerja keras mereka, nilai untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Hari itu tiba dan Rahmad menjadi juara 1 seluruh sekolah dan nilai akhirnya sangat baik dan bagus sekali, yaitu 40.00 sedangkan Lucy mendapat juara 2 dengan nila akhir 39.02, Danu mendapat juara 4 dengan nilai akhir 37.55 dan Reno mendapat juara 7 dengan nilai akhir 35.30. Rahmad mendapat beasiswa untuk bersekolah di sekolah elit diJakarta, Reno diajak kembali kekampugnnya Bandung, Danu harus pergi ke Amerika atasa perintah ayahnya, untuk bersekolah basket disana dan Lucy ingin mencoba hal baru, dia pergi ke Prancis untuk sekolah fotography, dan mereka pergi dalam hari yang sama, sebelum pergi, mereka bertemu disebuah Rumah Pohon yang telah mereka bangun selama ini, disana mereka menangis karena harus melepaskan sahabat-sahabat yang telah menjadi belahan jiwa dan telah menjadi saudara, waktu tak lama, setelah berpamitan mereka pergi untuk kebandara dan menaiki pesawat yang berbeda-beda. Sepanjang perjalanan mereka berempat menangis sambil melihat album kenangan yang isinya terdapat foto mereka selagi mereka masih bersama dulu, didalam album foto terdapat foto saat mereka sedang senang,sedih,sakit,jatuh,waktu belajar,dan sebagainya.

    Bertahun-tahun setelah perpisahan itu mereka telah menginjak umur 21 tahun dan menjadi orang yang sukses, sebelum tidur mereka hanya bisa melihat foto para sahabatnya dalam album kenangan, mereka tak bisa telepon atau chat, karena mereka tidak tau no telepon dan twitter atau facebook sahabatnya. Lucy menjadi seorang Fotograffer yang selalu menang dalam mengikuti kejuaraan dan seorang pengusaha yang sukses, Reno seorang Wali Kota Kota Bandung dan mempunya sebuah mall mewah yang tak jauh dari rumahnya, Rahmad menjadi seorang jurnalis terkenal yang telah menerbitkan buku-buku ternama dan juga seorang ahli bahasa yang telah berkeliling dunia, dan Danu ialah seorang atlet basket dan dia adalah kapten tim basket tersebut. Disuatu hari Lucy pergi kemonas untuk mengambil foto monas, dan ternyata Reno, Rahmad, dan Danu juga sedang berada disana, Reno kesana untuk berlibur dan cuti dari pekerjaannya sebagai Wali Kota, Rahmad dia sedang mancari inspirasi untuk novel terbarunya dan Danu sedang bermain basket bersama timnya karena itu adalah tempat tongkrongannya. Saat Lucy sedang memotret monas tiba-tiba ada orang yang menabrak Lucy “Hati donk mas” “Oh iya mbak!” jawab orang itu sambil membereskan barang-barang yang berjatuhan, tak sengaja Lucy melihat fotonya dan Rahmad didalam sebuah foto yang jatuh dari dalam tas orang tersebut, dan spontan Lucy berkata “Rahmad” “Siapa anda kenapa anda tau nama saya?” Lucy pun langsung memeluk Rahmad sambil berkata “Mad, ini aku Lucy” “Lucy..” mereka pun meneruskan pelukannya, kemudian mereka pergi keatas menara monas untuk mengobrol dan melihat-lihat pemandangan, tak disengaja seorang terjatuh tepat dibelakang mereka berdua, spontan mereka menoleh dan apa yang mereka lihat, ialah sebuah foto yang didalamnya terdapat gambar Lucy, Reno, Rahmad, dan Danu “Si,,siapa kau?” tanya Lucy “Saya,, saya adalah Reno Satya Dwiantoro Wali Kota Bandung” jawabnya dengan senyuman “Apa kamu Reno” “Iya, memangnya kenapa?” “Kami berdua ini..Lucy dan Rahmad” “Apa,,kawan lamaku!, sahabat terbaikku seumur hidupku!” mereka bertiga saling berpelukan. Setelah lama diatas merekapun turun dan sengaja melewati lapangan basket, tiba-tiba kepala Reno terkena bola basket “Mas hati-hati” “Ya lo yang hati-hati, udah tau ada orang main basket” sentak orang tersebut kepada Reno, “Danu” Lucy berkata, dia berkata Danu karena dia melihat nama dada yang bertuliskan DANU, “Ya aku Danu, tepatnya Danu Bugi Lesmana” “Benarkah!,ini aku Lucy dan ini Reno dan Rahmad!” Spontan mereka berempat kaget dan mereka saling berpelukan dan mengobrol hingga larut malam tak mempedulikan waktu.

    1 minggu berlalu,waktu libur dan cuti mereka telah usai, masing-masing kembali seperti biasa, pertemuan itu sungguh indah dan mereka saling bertukar no telepon, twitter atau facebook, dan mereka saling berhubungan bahkan saat pernikahan Lucy, hal yang dimpi-impikan Lucy terkabul, yaitu hadirnya sahabat terbaiknya Reno, Danu, dan Rahmad.

    6. Novel Persahabatan – Cerita Wanita di Waktu Senja

    Langit senja berselimut mendung tipis, tampak gerimis lembut berjatuhan membasahi suasana senja yang masih belia. Lalu-lalang manusia menelusuri lorong jalan kehidupan. Kulangkahkan kakiku memasuki halaman masjid, penat terasa sekujur tubuh. Kubasuh muka dan jiwa untuk bersujud kepadaNya. Kesejukan jiwa mewarnaiku. “Alhamdulillah” Kata ini yang selalu terucap dalam benakku setelah aku selesai menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba terhadap Rabbnya.

    Duduk santai di serambi masjid melepas rasa penat setelah satu hari menjalankan aktifitas rutinku sebagai seorang karyawati kantoran membuatku terasa lebih rileks. Seorang wanita muda seusiaku duduk disebelah kananku, pertama dia tersenyum padaku, aku membalas senyumannya. Terlintas dibenakku begitu saja, aku mulai tertarik memperhatikannya, sekilas penampilannya tidak mencerminkan kalau dia seorang pekerja kantoran. Baju gamis serta jiblab besar yang menutupi disetiap lekuk tubuhnya, membuat sekilas orang terkesan kalau dia seorang ibu rumah tangga biasa. Dia membawa sebuah tas besar berukuran laptop, ini yang membuatku penarasan padanya. Ingin rasanya aku menyapanya dan menanyakan rasa penasaran ini. Tapi ada sedikit keraguan, aku takut menyinggung perasaannya. Oh, ternyata dia yang menyapaku terlebih dahulu. “Assalamualaikum ukti.” Dengan senyuman dan suara yang lembut dia menyapaku. “Waalaikumsalam”. Aku membalas sapaannya dengan sebuah senyuman . “Ukti kerja?” Dia kembali bertanya dan memualai pembicaraan. “Alhamdulillah iya, dan anda sendiri kerja?” Kuberanikan diriku untuk bertanya, ini kesempatan untuk menjawab rasa penasaran yang sejak tadi meliputiku. “Alhamdulillah tidak, baru dua jam yang lalu aku mengundurkan diri dari pekerjaanku.” Jawabannya membuatku lebih penasaran dari sebelumnya. Aku kembali bertanya. “Emang kenapa, kok anda berhenti dari pekerjaan.” Kali ini pertanyaanku dia balas dengan senyuman, iya senyuman yang lembut membawa keteduhan jiwa yang melihatnya, aku mengenalnya baru satu jam lalu tapi terasa sudah begitu lama aku mengenalnya. “Ukti sudah menikah?” Dia kembali bertanya, dan pertanyaannya membuatku terpojok dalam satu kenyataan. Aku mengelengkan kepala tanda bahasa tubuhku dan berkata. “Belum.” Sepontanitas dia bertanya lagi. “Loh, kenapa ?” Peratanyaan yang tidak bisa aku jawab dengan kata-kata, mulutku diam dan membisu, aku hanya bisa menjawab dengan sebuah senyuman dibibirku. ‘’Ukti, tahu kenapa aku berhenti bekerja? Itu karena suamiku. Aku menikah dengannya karena agamanya, dulu kami satu kampus waktu kuliah, Cuma beda jurusan. Cinta kami bersemi begitu indah semakin hari bibit cinta dihati kami tumbuh kian subur, bagaikan tanaman yang tumbuh di tanah yang gembur dan mendapatkan pupuk yang cukup. Setelah lulus kuliah kami tak buang waktu lagi, dia melamarku dan kami pun menikah. Waktu itu kami belum bekerja, maka kamipun berusaha mencari pekerjaan. Tapi, nasib kami memang berdeda aku segera mendapatkan pekerjaan semantara suami sampai sekarang belum mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, selama ini dia bekerja apa adanya, dia bekerja sebagai pedagang sayur keliling yang penghasilannya seper sepuluh penghasilanku setiap bulannya. Tapi sudah menjadi janji kami, untuk saling setia, dan aku menerimanya apa adanya. Hidup terus berjalan dan delema hidup itu pasti ada di setiap anak manusia. Waktuku banyak tersita di luar rumah karena tuntunan pekerjaanku, sedangkan suamiku ada di rumah. Maka dialah yang banyak mengerjakan pekerjaan yang ada di rumah, pekerjaan rumah yang mestinya aku kerjakan dia yang mengambil alih. Sudah menjadi komitmen kami untuk saling membantu dalam urusan rumah tangga, maka dia pun mengerjakannya dengan ikhlas tanpa beban.” Dia Farida nama temanku yang baru aku kenal bebarapa saat yang lalu menceritakan apa yang sedang terjadi pada dirinya dengan gamblang.

    Rona merah menghiasi senja diujung langit tampak indah, seolah menyapa membawa angan dan asa menyambut malam sejuta rasa. Hujan gerimis yang sejak tadi menghiasi langit senja kini telah reda. Tak terasa hampir tiga jam kami duduk di serambi masjid, aku mendengarkan ceritanya seperti novel yang ia bacakan padaku. Menyimak kata perkata yang keluar dari relung hatinya dengan seksama, dia mulai melanjutkan ceritanya.

    “Dua hari yang lalu, suamiku sakit disaat yang sama aku juga sakit, tubuhku terasa sakit semua mungkin karena kecapekan. Ketika aku sedang berbaring, terdengar suara suamiku dari ruang tamu memanggilku, dia ingin diambilkan satu gelas air putih. Karena aku merasa aku juga sakit, maka aku menyuruh untuk mengambil air minum sendiri, dan aku pun berkata padanya kalau aku pun sama sakit. Waktu itu malam semakin larut dikesunyian malam aku tertidur lelap, aku terbangun jam 1 malam, aku baru ingat saat itu aku belum sholat isya’. Maka aku pun segera mengambil air wudlu, ketika aku melewati dapur, semua piring kotor sudah bersih semua dapur pun tampak bersih, ini semua suamiku yang mengerjakan dalam kondisi sakit, tak terasa air mataku pun jatuh menetes membawasi kedua pipi ini. Ya Allah apa yang telah hamba lakukan terhadap suami hamba, begitu dholim kah hamba ini ya Allah, dia punya hak atas diri hamba. Hamba pun punya kewajiban atas dirinya, tapi mengapa hamba menjadi seperti ini ya Allah.” Aku melihat ada kesedihan dan penyesalan yang mendalam pada dirinya. Dia menghapus buliran air mata yang membasahi kedua pipinya. Lalu dia pun melanjutkan ceritanya lagi.

    ‘’Malam itu aku melihat suamiku tidur di ruang tamu dengan selembar selimut tipis yang sebagai penghangat tubuhnya. Aku pun mendekatinya, aku merasakan sesuatu yang terjadi padanya. Ternyata benar badannya terasa panas setelah aku letakkan telapak tanganku diatas dahinya. Ya Allah apa sebenarnya yang terjadi pada suamiku, dia benar-benar sakit dan aku istrinya baru mengetahuinya. Dia kerjakan semua apa yang menjadi tugasku sebagai seorang istri dalam kondisi sakit. Setelah aku bertanya padanya dia jawab katanya dia kasihan sama aku karena aku juga dalam kondisi sakit. Aku semakin merasa bersalah dan menyesal telah membuatnya seperti ini. Maka ditengah kesunyian dan kegelapan malam aku bawa suamiku ke UDG Rumah Sakit terdekat di daerahku. Dan sejak malam itu aku memutuskan untuk segera berhenti bekerja, aku tidak ingin berbuat dholim lagi dan melawan kodrat sebagai istri yang kewajiban utamanya mengurus rumah tangga. Biarlah hidup ini berjalan apa adanya tapi mendapat ketenangan .” Seperti terlepas dari beban yang sangat berat, itulah aku lihat dari ekspresi wajahnya.

    Senja kini telah menanggalkan mahkotanya, di sambut malam dengan penuh cahaya, sang rembulan malam bertahta dengan megahnya. Indahnya maha karya lukisan sang kuasa, hamba ini tidak dapat melukiskan dengan kata-kata. Sahabat baruku menghilang ditelan kegelapan malam dengan sepeda butut suaminya, setelah dia berpamitan kepadaku dan dia pun berkata, suatu saat nanti jika aku mempunyai suami jangan merasa malu mengatakan yang sebenarnya apa pekerjaan suami. Tidak ada keraguan dia berjalan dengan penuh kenyakinan dan tanpa beban ketika suami menjemputnya.

    Ku tatap cahaya lampu yang menerangi kegelapan malam. Terlintas di benakku, kehidupan yang selama ini aku jalani sungguh berbeda jauh dengannya, sahabat yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu. Sejak kecil aku tergolong anak orang berada, orang tuaku sukses dalam dunia bisnisnya, apa yang aku inginkan sudah ada di depan mata. Catatan hidupku begitu mulus tanpa ada lika liku kehidupan , terutama dalam kondisi keuanganku, dalam soal jodoh aku pun terlalu memilih aku ingin yang sempurnah buatku, aku tak ingin menyusahkan hidupku nantinya. Padahal di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Selama ini penilaian dan pemikiranku salah, ada sesuatu yang harus di cari dan di perjuangkan, dan sesuatu itu lebih mulia dari apa pun di dunia ini. Yaitu orang yang mengerti ilmu agama dan dialah type suami yang semestinya aku cari selama ini. Orang yang sholeh. Sepanjang senja dan menjelang malam hari ini aku mendapat pelajaran yang sangat berharga dari sahabatku Farida, yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu.

    Kulangkah kan kaki ini dengan sebuah senyuman, kini begitu jelas jalan hidupku yang harus aku lalui dan aku perjuangkan. Dalam hati yang terdalam aku sangat berterima kasih karena bertemu dengan sahabatku yang bernama Farida.