kutipan novel : sang pemimpi

Daftar isi :

    Novel Sang Pemimpi karya Pak Cik Andrea Hirata adalah salah satu novel favorit saya. Semangat dalam meraih mimpi muncul setiap kali membaca novel ini. Bukan hanya ceritanya yang luar biasa tapi juga kutipan-kutipan yang ada didalamnya membuat kita yang membaca lebih termotivasi untuk berusaha mewujudkan mimpi. 
    Kutipan Novel Sang Pemimpi

    Bagi saya sendiri isi dari novel ini adalah mengajarkan kita untuk selalu “Berusaha” dalam memujudkan mimpi, cita-cita dan harapan. 

    Karena kerja keras tak akan pernah menghianati hasil. Juga mengajarkan kita bahwa ada kekuatan luar biasa dari Tuhan terhadap mimpi-mimpi kita, jika kita terus berusaha.

    Kutipan Novel Sang Pemimpi

    Saya sudah rangkum 16 kutipan disini, agak banyak memang karena saya tidak mau memotong setiap kutipan menarik yang menurut saya bisa jadi Moodbooster ketika lelah. Selalu ingat ya, jika kita lelah maka beristirahatlah sejenak, bukan menyerah!. Check it out :

    1. Kutipan 1 Novel sang Pemimpi

    saat Ikal menjemput sang simpai keramat "Arai" (tokoh favorit saya) dari kediamanannya disebuah gubuk tua ditengah ladang tebu untuk tinggal bersama keluarga Ikal.

     (Salah satu adegan yang membuat hati teriris, karena melihat seseorang setegar Arai di usianya yang masih sangat muda harus hidup sebatang kara).

    Arai melangkah menuju bak depan truk. Ia berdiri tegak di sana serupa orang berdiri di hidung haluan kapal. Pelan-pelan ia melapangkan kedua lengannya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia tersenyum pernuh semangat. Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggu seumur hidup. 

    Ia telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya. Jahitan kancing bajunya yang rapuh satu persatu terlepas hingga bajunya melambai-lambai seperti sayap kumbang sagu tadi. Ia menggoyang-goyang tubuhnya bak rajawali di angkasa luas.

    "Dunia...!! Sambutlah aku...!! Ini aku, Arai, datang untukmu..!!." Pasti itu maksudnya. -Ikal (Hal.11)

    2. Kutipan 2 Novel sang Pemimpi

    masih tentang Arai yang begitu tegar menjalani kehidupan yang menyedihkan, kendati demikian ada waktu dimana dia meluapkan kesedihannya, yaitu waktu dimana dia melantunkan ayat suci Al-Qur'an. (Karena pada akhirnya hanya dihadapaNya lah kita bisa meluapkan segala kegundahan).

    Kesedihan hanya tampak padanya ketika ia mengaji Al-Qur'an. Di hadapan kitab suci itu ia seperti mengadu, seperti orang yang takluk, seperti orang yang kelelahan berjuang melawan rasa kehilangan seluruh orang yang dicintainya. Setiap habis magrib Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dibawah lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-nusuk malam. 

    Ratap lirihnya mengirisku, menyeretku ke sebuah gubuk di tengah ladang tebu. 

    Setiap lekukan tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah sayat kerinduan yang tak tertanggungkan pada ayah-ibunya. -Ikal (Hal. 19)

    3. Kutipan 3 Novel sang Pemimpi

    saat Ikal mengetahui rencana mulia Arai untuk menolong Mak Cik Marymah yang saat itu kondisi keuangannya sedang amat sangat memprihatinkan.

    Aku mengenal bagian paling menarik dari Arai, yaitu ia mampu melihat keindahan di balik sesuatu, keindahan yang hanya biasa orang temui di dalam mimpi-mimpi. Maka Arai adalah seorang pemimpi yang sesungguhnya, seorang pemimpi sejati. -Ikal (Hal. 26)

    4. Kutipan ke 4 Novel sang Pemimpi

    karena kutipan ini dibuat ketika Arai melakukan perbuatan yang tidak terpuji lalu perbuatan itu dibalas oleh Tuhan belasan tahun kemudian dengan cara yang tak terpikirkan oleh Arai barang secuilpun.


    "Tuhan tahu, tapi menunggu." -Anton Chekov (Hal. 33)

    5. Kutipan 5 Novel sang Pemimpi

    salah satu kutipan dan BAB favoritku (Mozaik 6 : Aku hanya ingin membuatnya tersenyum), Di BAB ini membahas tentang seorang Guru muda yang pandai membangkitkan semangat murid-muridnya untuk meraih mimpi. (Rasanya Pak Balia adalah seorang guru yang diidamkan oleh setiap murid dimanapun.. sungguh!)

    “What we do in life...” Kata pak Balia Teatrikal, “... echoes in eternity...!! Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. 

    Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk sosok seperti montase Antoni Gaudi. 

    Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu apapun yang ku kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian...
    “Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu!”

    “Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di altar suci almamater terhebat tiada tara : Sarbonne. Ikuti jejak-jejak sartre, Louis Pateur, Montesquieu, Voltaire. 

    Disanalah orang belajar science, sastra dan seni hingga mengubah peradaban...” (Hal. 36)

    6. Kutipan ke 6 Novel sang Pemimpi

    saat Ikal mulai bimbang dengan kehidupannya, dimana ia dituntut agar menjadi mandiri dan bertanggung jawab seiring dengan berjalannya waktu. hingga sampai pada saat ia mulai berfikir untuk bersikap realistis ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa setamat sekolah bisa saja dia hanya menjadi tukang kuli untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. (Ya, semua orang pasti pernah merasakan ada di titik ini dalam hidupnya.)

    Bagaimana manusia meningkat dari satu situasi moral ke situasi moral lainnya. Hari ini sayap-sayap kecil tumbuh di badan ulat kepompong, aku bermetamorfosis dari remaja ke dewasa. Aku dipaksa oleh kekuatan alam untuk melompati garis dari remaja dewasa. 

    Aku dipaksa untuk bertanggung jawab pada diriku sendiri. 

    Satu lapisan tipis seolah tersingkap dimataku membuka tabir filosofis yang pasti menjadi orang dewasa yaitu : hidup menjadi semakin tidak mudah. -Ikal (Hal. 75)

    Sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan linear dengan perasaan pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang.
    -Ikal (Hal. 75-76)

    7. Kutipan 7 Novel sang Pemimpi

    saat Pak Mustar (Kepala sekolah SMA Ikal dan Arai) mulai merasakan gelagat aneh dari muridnya (Ikal) yang mulai malas belajar dan memilih untuk bersikap realistis.

    “Mengapa kau berhenti bercita-cita bujang? Pahamkah engkau, berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia!!” - Pak Mustar (Hal. 79)

    8. Kutipan 8 Novel sang Pemimpi

    ini diambil saat Arai marah besar kepada Ikal karena prestasi Ikal di sekolah menurun drastis dari posisi 3 ke posisi 75! (Disini kita bisa melihat bahwa marahnya seorang sahabat, mengandung pesan terselubung berupa motivasi agar kita bangkit dan tidak terpuruk. Meskipun kadang menyakitkan)

    “Apa yang terjadi denganmu, Ikal?? Mengapa jadi begini sekolahmu?? Mana semangat-semangat itu?? Mimpi-mimpi itu?!!” Arai geram sekali. Ia tak habis fikir denganku.

    “Biar kau tahu, kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi!!” Aku tersentak dan terpaku memandangi ayahku sampai jauh, bentakan-bentakan Arai berdesingan dalam telingaku, membakar hatiku.

    “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati..” Aku merasa beku, serada disiram seember air es.
    “Mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!” Mendahului nasib! Dua kata yang menjawab kekeliruanku memaknai arah hidupku. Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib.

    “Kita lakukan yang terbaik disini!! Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Kita akan menginjakan kaki di altar suci Almamater Sorbonne! 

    Apapun yang terjadi!!” Arai berteriak suaranya lantang memenuhi lapangan luas sekolah kami, menerobos ruang-ruang gelap kepicikan dalam kepalaku. Kata-katanya itu seperti sumbu aki yang mengcharge baterai dalam tubuhku. (Hal. 82-83)

    9. Kutipan 9 Novel sang Pemimpi

    ini adalah kutipan Arai saat cinta pada pujaan hatinya Zakiah Nurmala tak pernah berbalas, Araipun memberikan teorinya tentang seorang wanita sekeras Zakiah.

    “Nurmala adalah tembok yang kukuh Kal...” Kilahnya diplomatis
    “Dan usahaku ibarat melemparkan lumpur ke tembok itu.” Sambungnya optimis
    “Kau sangka tembok itu akan roboh dengan lemparan lumpur?” Tanyanya retoris
    “Tidak akan! Tapi lumpur itu akan membekas disana, apapun yang kulakukan, walaupun ditolak mentah-mentah akan membekas di hatinya.” Kesimpulannya filosofis. (Hal. 107)

    10. Kutipan 10 Novel sang Pemimpi

    ini diambil saat Arai dan Ikal belajar bagaimana cara untuk menaklukan hati wanita pada seorang Pimpinan Orkes Melayu Pasar Ikan Belok Kiri yaitu Bang Zaitun.

    Aku semakin setuju dengan pendapat bahwa sering kali hal yang sangat bermanfaat tak didapat disekolah. Tapi pembicaraan sederhana berdasarkan pengalaman pahit manis seseorang justru memberi petunjuk praktis manual kehidupan. University of Life adalah ungkapan yang paling pas untuk situasi ini. 

    Sekolah tidak mengejarkan hal-hal apa yang harus kita pikirkan, tapi mengajarkan kita cara berpikir, demikian guna sekolah barangkali. -Ikal(Hal. 116)

    11. Kutipan 11 Novel sang Pemimpi

    ini adalah kutipan saat Ikal berusaha untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarganya yang semakin memprihatinkan namun juga tidak berputus asa akan mimpinya.

    Aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik pada titik dimana aku beridiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis. Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik, maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus menanjak. 

    Sebaliknya aku semakin terpatri dengan cita-cita agung kami : ingin sekolah ke Prancis, menginjakkan kaki di altar suci Almamater Sorbonnr, menjelajahi Erop sampai ke Afrika. Tak pernah sedikitpun terpikir untuk mengompromikan cita-cita itu. -Ikal (Hal. 121-122)

    12. Kutipan 12 Novel sang Pemimpi 

    adalah saat Ikal dan Arai memutuskan untuk hijrah ke pulau jawa memulai merealisasikan mimpi-mimpi besarnya namun ia begitu sedih saat tahu akan meninggalkan Belitong dan meninggalkan kebiasan-kebiasan yang ia lakukan setiap hari di kampung tercintanya tersebut.

    Kebiasaan adalah racun, rutinitas tak lain adalah seorang pembunuh berdarah dingin. -Ikal (Hal.126)

    13. Kutipan 13 Novel sang Pemimpi 

    ini diambil saat Jimbron (Sahabat Arai dan Ikal) memberikan celengan kuda yang ia kumpulkan dari hasil kuli bertahun lamanya, hanya agar ia merasakan juga ketika mimpi yang merupakan mimpinya juga telah tercapai kelak, karena ia tidak bisa ikut bersama sahabatnya tersebut untuk meraih mimpi mereka.


    “Ambillah, biarlah hidupku berarti. Jika dapat kuberikan lebih dari celengan itu, akan aku berikan untuk kalian. Merantaulah. Jika kalian sampai ke Prancis menjelajahi Eropa sampai ke Afrika, itu artinya aku juga sampai kesana, pergi bersama-sama dengan kalian.” -Jimbron (Hal.128)


    14. Kutipan 14 Novel sang Pemimpi

    adalah kutipan dari Ikal saat melihal Zakiah Nurmala Binti Berahim Matarum mengenakan Hijab.


    Bagiku jilbab adalah piagam kemenangan gilang gemilang, kemenangan terbesar bagi seorang perempuan Islam atas dirinya, atas imannya dan atas dunia. -Ikal (Hal. 149)

    15. Kutipan 15 Novel Sang Pemimpi 

    ini adalah juga kutipan Ikal saat melihat Zakiah yang terang-terangan memiliki rasa suka pada Arai namun berusaha untuk terus menutup-nutupinya.


    Sekarang aku mengerti mengapa Sigmund Freud tak dapat memehami keinginan wanita meskipun telah melakukan penelitian tentang wanita selama tiga puluh tahun, semuanya karena wanita sendiri sering tak tahu apa keinginannya. -Ikal(Hal. 151)

    16. Kutipan 16 Novel Sang Pemimpi

    sekaligus kutipan yang paling menyayat hati saya, selama baca BAB ini air mata saya meleleh tak karuan saat Arai dan Ikal membaca surat keputusan apakah mendapatkan beasiswa atau tidak untuk kuliah di Eropa. 

    Disini Pak Cik Andrea Hirata benar-benar membuat kita takjub tentang bagaimana Tuhan begitu rapi mengatur takdir terbaiknya. Luar biasa sekali!

    Hari ini seluruh ilmu umat manusia menjadi seitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah laut merah dengan tongkatnya dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran episiklus yang mengelilingi miliaran siklus yang lebih besar, berlapis-lapis tek terhingga di luar jangkauan akal manusia. 

    Semuanya tertata rapi di dalam protokol jagat raya yang di atur tangan Allah. Sedikir saja satu dari milliaran episiklus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah. 

    Hanya kalimat itu yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan Mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami,

     karena di atas kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, disana jelas tertulis : Universitas de Paris, Sarbonne, Prancis. -Ikal (Hal. 168)



    Sebenarnya masih banyak kutipan-kutipan yang menarik di novel ini dan saya sarankan agar membaca langsung novelnya karena akan benar-benar membuat kita termotovasi agar kita tidak menyerah untuk memperjuangkan sesuatu yang di sebut "Cita-cita". 

    Bumbu-bumbu cinta anak remaja yang tidak menye-menye di novel ini juga saya suka sekali, kisah cinta Zakiah Nurmala dan Arai! 

    Apalagi bumbu religi dalam novel ini keren, karena Pak Cik Andrea Hirata mengajarkan kita bahwa akan selalu ada campur tangan Tuhan di dalam segala hal, maka tugas kita adalah berserah diri padaNya. Pak Cik Andrea Hirata the bestlah pokonya :). 

    Semoga semangat kamu ikut bangkit ya setelah baca kutipan-kutipan di atas.. iya kamuu.. :).